Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, November 23, 2011

Paham Nasionalisme: Politik Pecah Belah

Oleh:  Sulaiman S.Sos

NASIONALISME adalah ikatan yang absurd, lemah, dan ikatan primitive yang mengikat manusia. Ikatan ini muncul ketika ada intervensi eksternal terhadap suatu komunitas tertentu, semisal pada suatu negara. Akibat intervensi ini, muncullah semangat untuk membela komunitasnya.

Ikatan nasionalisme ini bersifat temporal. Ketika, intervensi eksternal muncul, maka ikatan ini akan tumbuh. Namun ketika intervensi eksternal lenyap, maka ikatan ini pun akhirnya lenyap pula. Ikatan nasionalisme, muncul akibat rendahnya taraf berfikir manusia. Ia muncul sebagai bentuk perwujudan dari naluri mempertahankan diri pada manusia. Dalam dunia hewan ikatan semacam ini terlihat pada komunitas burung, kera dan binatang-binatang yang lain. Terus, apa bedanya manusia dengan binatang jika berpaham dengan nasionalisme ini.

NKRI harga mati. Slogan itu lama tertanam dalam pikiran dan dada kita, slogan itu begitu sering kita dengar dan merasuki hati kecil kita, pertanyaanya sudahkan slogan itu betul-betul terpatri dalam sanubari kita. Artinya bukan sekedar slogan. Sudahkah kita siap mengorbankan nyawa kita untuk NKRI tanpa pamrih, tanpa timbal balik, tanpa kepentingan baik harta, tahta apalagi wanita, tentu saja satu situasi yang perlu direnungkan, ternyata menjabarkan NKRI harga mati tidak semudah kata-kata yang enak di dengar, karena kalau hanya sebatas kata-kata, maka slogan itu menyesatkan dan menipu. Maksudnya ketika slogan itu diumbar, sedangkan kita menyusupkan kepentingan kita baik untuk recehan, harta atau tahta, maka negara benar-benar terancam. Slogan kebangsaan tersebut memang membutuhkan contoh nyata dan membutuhkan tauladan.
Dalam tatanan dunia baru yang melahirkan pusaran universalime bilai-nilai, negara kesatuan mendapatkan ancaman nyata. Seperti sering kita baca, saat ini terjadi perang dingin ke II, antara barat dan timur, antara kapitalisme dan komunisme, yang dimotori oleh Amerika dan China, serta hiden agendanya Eropa atau Inggris yang memegang sejarah emas ‘kolonialisme’.
Pertarungan tersebut berlangsung di medan apapun, udara, laut, darat, ekonomi, politik, teknologi, senjata, budaya, dsb, tapi intinya perang tersebut adalah perang dagang. Indonesia seperti halnya negara lain tidak luput dari pertarungan tersebut. Para petarung tidak memberikan pilihan apapun terhadap ‘negara lain’. Mereka membuat satu doktrin teman atau kawan, ikut gabung atau musuh, tidak ada jalan tengah, ini faktanya.
Indonesia sebagai negara mandiri, merdeka tentu kalau ‘lemah’ semangat kebangsaan dan nasionalismenya hanya akan jadi ‘prajurit’ dalam pertempuran tersebut. Dari sisi ini maka kita tahu dimana posisi dan kondisi saat ini, itulah yang kita rasakan bagaimana kuatnya intervensi asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Intervensi asing dalam berbagai bentuk, tentu saja halus, mereka memprovokasi supaya antar warga tidak bersatu, supaya antar masyarakat berkonflik, supaya antar golongan bertengkar, mereka dengan dalih membantu satu kelompok untuk melawan kelompok tertentu, pecah belah, intinya mereka tidak senang Indonesia bersatu, senasib sepenanggungan, ujungnya gerakan- gerakan nasionalisme adalah musuh bersama mereka.
Nasionalisme adalah ancaman nyata mereka, karena nasionalisme berarti kita tidak berpihak pada kelompok manapun, ketika tidak berpihak maka berarti kita adalah lawan nyata para petarung sesuai doktrinya.
Runutan catatan kecil ini semoga bisa membaca arah angin apa yang terjadi dengan Indonesia saat ini, kemunculan gerakan-gerakan selain atas nama nasionalisme adalah ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai bangsa merdeka memang tidak mudah menjaga semangat kebangsaan untuk terus tumbuh, karena berhubungan dengan berbagai hal yang nyata, seperti kesejahteraan, rasa adil, dan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi negara, semangat kebangsaan akan tumbuh terus sejalan dengan rasa memiliki bangsa ini tumbuh. Sekarang bagaimana semangat kebangsaan akan tumbuh kalau ekonomi rakyat masih terseok-seok, kesejahteraan masih jauh panggang di atas api, korupsi merajalela, KKN tidak pernah bisa di hilangkan, rasa aman terusik terus. Semangat kebangsaan harus ditumbuhkan dengan meningkatnya kesejahteraan dan kemandirian rakyat. Kalau itu yang terjadi maka kita bisa bilang pada para petarung itu; ‘pergilah jangan ribut di negara kami,kalau bandel tak gebuk’…meminjam istilah jenderal Soeharto.
Menurut paham nasionalisme, masalah kebangsaan adalah masalah prinsip, metode dan sekaligus tujuan kehidupan suatu bangsa. Oleh karena itu dalam bertindak atau berjuang diperlukan prinsip nasionalisme dan mempergunakan metode yang sesuai dengan semangat kebangsaan untuk kepentingan dan dalam rangka menjunjung tinggi derajat bangsa.
Akibatnya, bermunculan berbagai kehidupan yang berwarna nasional. Ada kebudayaan nasional, wawasan nasional, hukum nasional, makanan nasional, pendidikan nasional, kerukunan nasional, kepentingan dan tujuan nasional, ideology nasional, partai nasional dan lain sebagainya secara praktis menggusur identitas keislaman seorang muslim dari seluruh sektor kehidupan. Bahkan mati pun mati dalam keadaan nasional (mati Su’ul Khotimah) Na’uzubillahi Mindzalik. Setiap yang berbau Islam dianggap anasional, bertentangan dengan kepentingan nasional, serta merongrong kewibawaan dan stabilitas nasional. Setiap gerakan Islam patut dimusuhi dan disingkirkan demi menjaga keutuhan nasional. Ini semua adalah produk paham dan propaganda yahudi dan sekutunya yang masuk sebagai virus berbahaya bagi Negara-negara kaum muslimin, khusunya Negara Indonesia. Indonesia membangga-banggakan paham ini, dan bahkan banyak mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa ke luar negeri untuk dicuci otaknya agar berpaham seperti yang diinginkan yahudi ini.

Wahai pemuda-pemudi, para pengusaha, para bangsawan, para cendekiawan, para birokrat dan para mahasiswa muslim dimanapun anda berada, hilangkan paham nasionalisme dari benak anda. Saatnya kita berada pada satu pijakan yang sama yaitu Aqidah Islamiyah. Karena dengan paham inilah kejayaan dan kemenangan akan datang kepada kaum muslimin dan akan meruntuhkan rencana buruk yahudi.(Penulis alumnus Politeknik Negeri Pontianak,
Sekarang Mahasiswa Pascasarjana (S-2) Universitas Merdeka Malang)

No comments:

Post a Comment