Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, November 30, 2011

Pengalaman Menempuh S-3 di UNIMAS Sarawak

Oleh : Dr. H. Wijaya Kusuma

Setelah kuliah kurang lebih 8 tahun (sejak 3 Maret 2088), salah seorang dosen FISIP Universitas Tanjungpura, saya berhasil menjadi mahasiswa pertama yang diwisuda pada Majlis Konvokesyen ke 15, 22-23 Oktober 2011 di Kampus B (Barat) Unimas bertempat di Dewan Tunku Abdul Rahman Putra (DeTAR Putra), yang penuh dengan kehikmatan, karena DeTAR Putra merupakan gedung baru yang diresmikan oleh Conselor Unimas, Tuan Yang Terutama Tun Datuk Patinggi Abang Haji Muhammad Salahudin. Memilih kuliah di UNIMAS Sarawak, merupakan pilihan terakhir karena melanjutkan strata-3 di Indonesia membutuhkan biaya besar.

Sebenarnya, pada tahun 1996 saya diterima di Universitas Kebangsaan Malaysia, tetapi karena sulit memperoleh beasiswa ASEAN untuk pelajar internasional, maka saya mengundurkan diri. Pada tahun 1997, saya diterima pula sebagai mahasiswa S-3 di Universitas Padjajaran, tetapi juga tidak mendapatkan beasiswa sehingga saya pun mengundurkan diri.

Bermodalkan keyakinan dan keinginan untuk menuntut ilmu, Kami berlima ‘melobi’ dosen UNIMAS tanpa bekal surat dari Kementrian Dikti, karena kebetulan Dr. Pabali Musa mengenalkan kami dengan salah seorang timbalan dekan, Prof. Wan Zawawi Ibrahim. Berkat jasa baik beliau, kami berlima menjadi mahasiswa (pelajar Unimas di Fakulti Sain Sosial, yang diterima 2 Mei 2002), dengan sumber biaya ‘sendiri’. Kami memilih pola kuliah ‘by research’ atau ‘part time’, meskipun di awal tahun pertama kuliah kami harus kuliah intensif selama satu setengah tahun alias 16 bulan dengan menempuh 5 (lima) mata kuliah bagi pelajar PhD. Memilih dengan pola ‘by research’ dengan harapan masih bisa mencari pendapatan dengan mengajar di program S1 maupun S2 agar bisa membayar ‘iuran pelajar’ (uang kuliah) setiap 4 (empat) bulan sekali.

Dengan nomor pelajar 08-01-0049, saya berhasil melewati 3 (tiga) kali presentasi proposal dan hasil penelitian sementara di depan para Proffesor FSS UNIMAS. Berkali-kali terjadi perbaikan dan bahkan ganti tajuk (judul) penelitian, dan terakhir memilih masalah komunikasi pasca konflik etnis Melayu dan etnis Madura di kota Pontianak, yang dipertahankan pada sidang ujian tanggal 14 Pebruari 2011 dengan penguji dari dalam (UNIMAS) Prof. Datuk Abdul Rashid Abdullah, dan dari luar (Universiti Malaya) Kuala Lumpur Prof. DR. Dato’ Othman Yatim, dihadiri Prof. Spencer (Dekan FSS) dan Supervisor Prof. Madya Andrew Aeria.

Pada tanggal 30 September, saya mendapat email dari Centre of Graduate Studies (CGS) UNIMAS tentang konfirmasi penerima penghargaan PhD (doctor of philosophy) tahun 201. Perasaaan saya betul-betul terharu karena sudah begitu lama menantikan kepastian untuk mengikuti wisuda. Karena setelah tesis diperbaiki, maka diadakan sidang senat university untuk memutuskan siapa yang layak untuk mengikuti konvo. Sidang majlis konvo bagi pelajar PhD dan Masters yang diadakan pada hari Sabtu, 22 Oktober 2011 benar-benar waktu yang dinanti-nantikan, mengingat telah begitu lama saya kuliah dan ada perasaan tidak enak, karena setiap ketemu kawan selalu menanyakan kapan saya selesai kuliah di UNIMAS.

Kesan pribadi selama kuliah di FSS UNIMAS, begitu bervariasi, tetapi yang mendalam adalah tahun 2009 ketika saya diminta untuk tinggal  selama setahun menulis di FSS UNIMAS oleh supervisor. Tetapi karena saya dan salah seorang rekan saya keberatan soal dana, maka kami mencoba melobi supervisor dengan harapan bisa menyelesaikan tulisan di Pontianak. Dengan menyakinkan supervisor menyatakan ia akan menanggung semua biaya kami berdua dengan sumber dana yang ‘halal’ (pribadi-red). Saya merasa terharu begitu besarnya ‘atensi’ supervisor dan pimpinan fakulti dan dosen-dosen FSS UNIMAS untuk mendorong kami agar selesai kuliah.

Kesan lain, ketika saya menulis selama setahun (2009), kami berdua diberi fasilitas ruang kerja sama dengan dosen FSS Unimas dengan fasilitas pribadi yang lengkap (desktop, internet, kulkas, microwave) dan lain-lain yang bisa dipergunakan 24 jam di kampus. Rasanya begitu banyak kemudahan dari FSS dan Pusat Pengajian Siswazah UNIMAS terhadap kami pelajar internasional dari Indonesia, yang menempuh S3 pada usia di atas 45 tahun dengan segala keterbatasan. Meskipun kami menempuh kuliah dalam waktu yang cukup lama, tetapi banyak ‘ilmu dan wisdom serta pelajaran’ yang kami terima. Semoga mendorong rekan-rekan dosen untuk meningkatkan ilmunya, dimanapun dan kapanpun. **

•    Penulis, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNTAN.

No comments:

Post a Comment