Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, November 12, 2011

Sepenuh Iman Menempuh Jalan Suci Yang Agung

Oleh Ws.Ir.Djohan Adjuan 

HIDUP di dalam Jalan Suci sebagaimana disuratkan di dalam Tengah Sempurna, itulah tujuan hidup yang dibawakan oleh Agama Khonghucu. Tiap insan adalah mengemban Firman yang dikaruniakan TIAN, dan Firman itulah menjadi watak sejatinya, yang menjadi harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Semuanya itu yang menjadikan manusia memiliki kekuatan, dan kemampuan untuk menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya dan mengamalkan sebaik-baiknnya dan juga menjadi kewajiban suci di dalam hidup yang harus dipertanggung jawabkan kepada TIAN Khaliknya, kepada sesama manusia, kepada sesama makhluk dan kepada Alam Lingkungan hidup yang mendukungnya. Maka hidup menempuh Jalan Suci menjadi kemuliaan manusia, yang boleh menerima berkah TIAN, membawakan kesejahteraan, persaudaraan dan kebahagiaan dalam hidup ini, baik jasmani maupun rohani, duniawi maupun surgawi. ’Jalan Suci TIAN menurunkan berkah atas kebaikan dan menghukum kejahatan’.(Shu Jing IV.III.II.3). ‘Menjunjung dan memuliakan Jalan Suci TIAN adalah cara melindungi dan melestarikan Firman TIAN yang dikaruniakan’. (Shu Jing IV.II.IV.9). Insan yang hidup di dalam Jalan Suci, ia bahagia di dalam TIAN YME dan mengerti akan FirmanNya (LE TIAN ZHI MING). Maka tiada sedih cemas. Ia selamat sentosa di tanahnya, sentosa di dalam kedudukannya dan murnilah Cinta Kasihnya. Maka benar-benar mampu mencintai. (Yi Jing Babaran Agung V:22).

Di manakah Jalan Suci bagi manusia? ‘Jalan Suci itu di dalam kamu, mengapa mencari ke tempat jauh? Untuk melakukan itu mudah, mengapakah mencari yang sukar? Bila tiap-tiap orang dapat mencintai orang tuannya, menghormati yanglebih tua; niscaya dunia akan damai’. (Meng Zi IVA:11). ‘Jalan Suci itu tidak jauh dari manusia. Bila orang memaksudkan Jalan Suci itu ialah hal yang menjauhi manusia, itu bukanlah Jalan Suci’. (Tengah Sempurna XII:1). ‘Adapun Jalan Suci yang harus ditempuh di dunia ini mempunyai Lima Perkara dengan Tiga Pusaka di dalam mnjalankannya/ yakni; hubungan raja dengan menteri, orang tua dengan anak, suami dengan istri, akak dengan adik, dan kawan dengan sahabat. Lima Perkara itulah Jalan Suci yang wajib ditempuh di dunia ini. Kebijaksanaan, Cinta Kasih dan Berani; Tiga Pusaka inilah Kebajikan yang harus ditempuh. Maka yang hendak menjalani haruslah satu tekadnya’. (Tengah Sempurna XIX:8).
Konfucianitas atau Agama Khonghucu mengajak pemeluknya, ‘Berdiam di Rumah Luas-Nya dunia, beridir pada Tempat Lurus-Nya dunia, berjalan di Jalan Agung-Nya Dunia; bila berhasil cita-citannya dapat mengajak rakyat berbuat yang sama, dan bila tidak berhasil cita-citanya dapat mengajak rakyat berbuat yang sama, dan bila tidak berhasil cita-citanya, tetap berjalan biar seorang diri di dalam keadaan miskin dan tanpa keduukan tidak bergelisah, ancaman senjata tidak dapat menyebabkanny takluk. (Meng Zi IIIB 2.3)
Bagaimana kita wajib untuk mampu menempuh Jalan Suci? Beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian kita: Seorang Susilawan, setelah dipilih hidup di dalam Tengah Sempurnadan mendapatkan satu yang baik itu, didekaplah erat-erat di dada seolah-olah takut hilang pula. (Tengah Sempurna VII).
Adapun sebabnya Jalan Suci itu tidak terlaksana, aku sudah mengetahuniya, yang pandai melampaui, sedang yang bodoh tidak dapat mencapai. (Tengah Sempurna III:1).
Jalan Suci seorang Susilawan itu seumpama pergi ke tempat jauh, harus dimulai dari dekat, seumpama mendaki ke tempat tinggi, harus dimulai darti bawah. (Tengah Sempurna XIV:1).
Oranglah yang harus mengembangkan Jalan Suci, bukan Jalan Suci yang harus mengembangkan orang. (Sabda Suci XV:29).
“Celaka dan bahagia tiada yang bukan dicari sendiri”. (Meng Zi IIA.4.5).
“Senantiasa baharukanlah Kebajikanmu; tetap esa dari awal ampai akhir perhatikanlah hal ini, dengan demikian senantiasa engkau dalam kebaharuan/kesegaran”. (Shu Jing IV.IV.III.6).
Akhirnya, kita perlu mawas diri untuk menemukan kelemahan-kelemahan diri sendiri, karena, meskipun Jalan Suci itu tidak boleh terpisah biar sekejap pun. Yang boleh terpisah, itu bukan Jalan Suci. (Tengah Sempurna U:2); tetapi kenyataannya, ‘Tiada seorangpun yang tanpa makan dan minum, namun jarang yang mengetahui rasanya’. (Tengah Sempurna III:2).**

No comments:

Post a Comment