Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, November 12, 2011

Talenta: Dari Tuhan Untuk Sesama

Oleh: Fransiskus Yusuf

DALAM majalah Hidup edisi 11 September 2011, Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota mengatakan,”kemerdekaan adalah syarat mutlak untuk kita manusia  usahakan sebagai insan ciptaan Tuhan yang kaya akan potensi-potensi.’ Menurut beliau seringkali peristiwa traumatis dan kekhawatiran menghadapi masa depan  membuat manusia tidak mampu merdeka dalam menjalani hidup. Padahal dunia pada saat ini, penuh dengan kompetisi dan menuntut kita untuk bekerja secara maksimal. Akibatnya kita yang kurang bekerja dengan tekun dan bahkan cenderung untuk tidak mau mengolah potensi yang ada dalam diri akan tersingkir dari dunia ini. Jadi manusia harus selalu berusaha bertanggung jawab atas potensi-potensi yang telah diberikan Tuhan.

Dengan  memaksimalkan potensi yang ada dalam diri, kita akan berdayaguna di dunia ini. Memang kita bukanlah manusia-manusia yang hebat, seperti orang-orang terkenal tetapi apabila kita memiliki kemauan keras, kita akan menemukan jalan untuk mewujudkna dan mengembangkan potensi diri kita. Kita memiliki cara yang bermancam-macam untuk bersyukur atas apa yang tuhan telah Tuhan berikan kepada kita.
Dalam bacaan-bacaan pada hari ini, jelas sekali dikatakan mengenai potensi-potensi yang ada dalam diri manusia, yang bersal dari Tuhan sendiri. Kita diberi sesuai dengan kesanggupan kita masing-masing. Oleh karena itu Tuhan mengajak kita untuk bertanggung jawab terhadap potensi yang Telah Dia berikan.
Dalam bacaan I digambarkan seorang isteri yang cakap. Seorang isteri yang cakap dengan penuh tanggung jawab menggunakan potensi/karunia yang Allah berikan kepadanya untuk membahagiakan keluarga dan rumah tangganya. Dia mencoba memberikan karunia lewat pelayanan secara total kepada keluarganya.
Dalam bacan Injil dengan sangat jelas diterangkan mengenai potensi-potensi diri yang harus dikembangkan. Hal itu digambarkan dengan seorang tuan mau bepergian ke luar negeri. Dia mempercayakan apa yang dia miliki kepada hamba-hambanya. Hamba yang pertama diberikan lima talenta, yang kedua diberikan dua talenta dan yang ketiga satu talenta, mereka diberi talenta sesuai dengan kesangupannya. Tuannya berharap agar ketiga hambanya dapat mengembangkan apa yang telah dia berikan sekembalinya dia dari luar negeri. Hamba pertama dan kedua  mampu mengembankan talenta mereka dengan banyak keuntungan, sedangkan hamba yang ketiga malah menguburnya dalam tanah. Melihat hal itu Yesus mengatakan bahwa hamba pertama dan kedua sebagai hamba yang baik dan setia karena mereka telah setia untuk mengembangkan potensi-potensi yang telah dikaruniakan kepada mereka, walaupun kecil, mereka tetap setia untuk menjalankannya. Sedangkan hamba yang ketiga sebagai hamba yang jahat dan pemalas, karena dia tidak mau berbuat apa-apa terhadapa karunia yang ia dapatkan dengan cuma-cuma.
Dalam kehidupan kita di tengah keluarga, masyarakat dan jemaat, kita selalu dituntut untuk mengembangkan telenta dan potensi diri yang dipercyakan Tuhan kepada kita. Oleh karena itu Tuhan mengajak kita untuk selalu mengasah telenta-talenta yang kita miliki. Sebagai suami maupun isteri kita dituntut untuk selalu bertanggung jawaba atas kebahagian keluarga demi kebaikan bersama. Dalam masyarakat dan jemaat, kita dituntut untuk memberikan diri kita  secara total demi perkembangan masyarakat dan jemaat. Oleh karena itu kita diajak untuk mengali potensi diri kita agar kita mampu menjadi hamba-hamba yang baik dan setia. Jangan sampai kita dianggap orang seperti hamba yang ketiga, hamba yang malas dan jahat. Kalau kita sudah dicap sebagai pemalas dan jahat otomatis kita akan tersingkir dalam kehidupan masyarakat dan bahkan orang bisa menganggap kita sudah tidak berguna  lagi.

Dalam jaman ini tanggung jawab kita sangatlah besar atas bakat dan kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Tuhan memberikan peluang yang besar kepada kita untuk mengembangkan itu semua secara total tanpa kompromi. Karena pertanggungjawaban atas talenta yang Tuhan berikan kepada kita bukan saat ini, tetapi ada saatnya Tuhan meminta kita untuk mempertanggungjawabkan itu semua. Oleh karena itu kita harus selalu mengasah talenta kita dan mempergunakannya untuk kemulian Allah dan kebaikan bersama dalam keluarga, masyarakat dan jemaat. Ketika kita sudah melakukan itu semua kita akan selalu siap kapanpun Tuhan meminta kita untuk memepertanggungjawabkan taleta yang Tuhan anugerah kan kepada kita. Apakah Kita sanggup menjalankan amanat yang Tuhan karuniakan kepada kita?**

No comments:

Post a Comment