Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, November 12, 2011

Tantangan Hidup Spiritual

Oleh : IB.HERI J

Manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe, Asubhe samavistam subhesvevavakarayet (Sarasamuscaya sloka 2). Artinya: Diantara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk; leburlah ke dalam perbuatan baik, segala perbuatan yang buruk itu, demikianlah gunanya (pahalanya) menjadi manusia.


KESEIMBANGAN hidup manusia akan tercapai bila pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani berjalan seiring dan sejalan. Kebutuhan jasmani berkaitan dengan benda-benda materi seperti sandang papan dan pangan. Sedangkan kebutuhan rohani dalam hal ini adalah hidup spiritual. Namun, kenyataannya hidup kita cenderung dominan mengejar kesenangan duniawi, dan kurang bahkan melupakan spiritual yang sesungguhnya dapat mengarahkan dan menuntun  hidup manusia menuju pada kehidupan yang baik dan benar. Kesenangan duniawi akan mengintensifkan keinginan akan kenikmatan yang lebih besar lagi. Inilah yang menyebabkan pikiran orang-orang keduniawian senantiasa gelisah dan bergejolak. Tidak ada kepuasan dan kedamaian mental. Pikiran tidak akan pernah bisa terpuaskan, dengan kepuasan bentuk apapun yang kita simpan padanya. Semakin banyak kesenangan yang dinikmatinya, maka semakin besar keinginannya akan kesenangan yang lebih baru. Jadi banyak yang tidak menyadari bahwa kita terganggu dan diganggu oleh pikirannya sendiri.
Ada anggapan bahwa belajar spiritual menunggu saat umur sudah tua, masa muda adalah saat yang paling baik untuk mengumpulkan sebanyak mungkin  benda-benda materi sebagai bekal hari tua. Terdapat sebuah kiasan untuk menggambarkan pemikiran ini : suatu ketika seekor lebah hinggap di bunga teratai untuk mencari madu. Begitu asyiknya ia dengan kerjanya hingga tidak menyadari kalau kelopak teratai mulai menutup. Ketika sang lebah menyadari dirinya terperangkap, dia tidak terlalu khawatir. Tanpa ragu ia berkata, “saya akan menghabiskan malam disini dan ketika teratai mekar kembali, saya akan bebas  di pagi hari. Namun saat ia memikirkan ide ini, seekor gajah datang, memetik teratai dan memakannya, menewaskan lebah yang malang itu.
Hidup spiritual di hari tua terdapat banyak kelemahan diantaranya adalah daya ingat pikiran dan fisik semakin menurun, pandangan mata kabur, pendengaran tidak sempurna, keluhan berbagai jenis penyakit, inilah tantangan hidup spiritual yang pertama. Alangkah bijaknya kita memulai mengisi hidup spiritual sekarang juga tidak menundanya. Sedapat mungkin, janganlah meniru  sang lebah yang terperangkap dalam kenikmatan manisnya madu. Sesuatu yang wajar dan manusiawi kita menciptakan impian tentang masa depan dan mengusahakan terwujudnya impian tersebut, tetapi janganlah terlena akan kenikmatan duniawi dan melupakan hidup spiritual. Karena kita tidak pernah tahu kapan  akan dipanggil menghadap Tuhan, namun kematian itu pasti dan tidak mengenal batasan umur, tidak memandang status sosial, tidak mengenal tempat, tidak melihat apakah kita siap atau tidak siap, tidak menunggu apakah pekerjaan kita sudah selesai atau belum.
Kemelekatan pikiran terhadap benda-benda duniawi inilah merupakan tantangan terbesar kedua  untuk memulai hidup spiritual. Pikiran yang senantiasa menginginkan berbagai hal keduniawian melalui berbagai inderanya akan mengalami banyak kesulitan dalam hidup spiritual. Pikiran mengambil wujud apa saja yang direnungkannya. Ketika kita  berpikir tentang sesuatu obyek, maka pikiran kita akan membentuk dirinya menjadi wujud dari obyek itu. Ketika kita mengubah bentuk pemikiran kita maka pikiran juga akan mengubah bentuknya. Pikiran berhubungan dekat dengan tubuh, pikiran beraksi terhadap tubuh dan tubuh bereaksi terhadap pikiran. Pikiran memiliki pengaruh terhadap seluruh tubuh. Sebelum pikiran ini menyesatkan kita dengan berbagai jalannya melalui berbagai kenikmatan dan kesenangan duniawi, maka hancurkanlah ia dengan harapan untuk mendapatkan kebahagiaan yang kekal dan pencerahan spiritual. Bagaimana caranya menyucikan dan memurnikan pikiran ? Ucapkan aksara-aksara suci Tuhan secara konstan, mempraktekkan kebenaran, kasih sayang yang murni terhadap sesama makhluk. Pemurnian pikiran menuju sattwika adalah bagian dari yoga yang memiliki kecendrungan yang sangat kuat untuk menuju pada kebahagiaan sejati. Secara teori,  memurnikan pikiran menuju sattwika sangatlah mudah, namun dalam prakteknya sangatlah sulit. Inilah tantangan yang terbesar ketiga yang harus dihadapi oleh seseorang yang menginginkan keseimbangan dalam hidup.**
\


No comments:

Post a Comment