PARADOX banyak anak cerdas dan memiliki prestasi akademik tinggi dari keluarga kurang mampu secara ekonomi tidak sekolah atau tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Fenomena ini menggambarkan seakan-akan orang miskin tidak boleh sekolah. Dari waktu ke waktu semakin banyak pula orang sukses di dunia ini, bahkan melebihi sukses dan prestasi yang telah dicapai oleh masyarakat sebelumnya, misalnya ada yang menyelesaikan pendidikan doktor dengan nilai pujian pada usia muda atau usia 25-27 tahun. Setelah ditelusuri kisah atau riwayat kehidupan mereka ternyata mereka berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi (miskin). Tidak sedikit dari mereka yang jauh lebih miskin dari kita atau dari para pembaca. Faktanya mereka sejak kecil ada yang tinggal di bawah kolong jembatan dengan rumah seadanya yang terbuat dari kertas bekas kardus, dan ada pula yang tinggal bersama orang tuanya di dalam mobil bekas tidak bertuan yang sebelumnya ditumbuhi rumput di pinggir jalan.
Terdapat pembelajaran bermakna dari mereka, antara lain setelah mereka mencapai sukses dan prestasi yang sangat membanggakan orang tua dan keluarganya, bahkan membanggakan bangsanya, mereka tidak melupakan asal usulnya atau dalam pribahasa lama “Tidak Lupa Kacang Akan Kulitnya”.Pelajaran lain, alasan dari keberhasilannya adalah karena diawali adanya keinginan, harapan, cita-cita dan mimpi indah yakni masa depan yang cerah atau masa depan yang lebih baik.Terbukti harapan atau keinginan merupakan faktor penting dalam mencapai kesuksesan seseorang. Dikatakan, “Hidup kita adalah hasil pikiran kita’, dan Kehidupan yang besar selalu dimulai dengan impian, keinginan dan harapan yang besar pula. Semua orang mampu mendaki setiap ketinggian, asalkan ia dapat bertanggungjawab atas dirinya, dan menyadari ke mana ia akan menuju”.
Banyak orang yang memiliki harapan dan keinginan besar, tetapi tidak mencapainya, karena mereka lupa mendefinisikaan mimpi-mimpi mereka dalam tindakan dan aksi nyata. Menjadi benar bahwa keinginan, harapan dan mimpi saja tidaklah cukup, melainkan harus diikuti oleh tindakan, perbuatan atau aksi nyata.
Kembali memahami siswa cerdas dan berprestasi luar biasa melebihi prestasi yang telah dicapai oleh orang-orang sebelumnya sebangaimana telah penulis jelaskan di atas, ternyata keinginan atau harapan mereka harus diikuti oleh tindakan nyata penuh pengorbanan, seperti pengorbanan orangtua mereka. Sekalipun dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, mereka menyekolahkan anaknya di sekolah yang berkualitas atau bermutu, dan membayar mahal (tidak gratis) sekalipun orang tuanya bekerja keras untuk membiayai anak-anaknya.
Sedikit berbeda dengan kebanyakan diantara kita di negeri ini. Banyak siswa cerdas dari keluarga kurang mampu secara ekonomi mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah yang tidak berkualitas atau tidak bermutu, yang penting asal sekolah saja. Yayasan Bumi Khatulistiwa (YBK), yakni yayasan tempat berkumpulnya warga Kalimantan Barat di Jakarta, terutamaa mereka yang berasal dari etnis China yang telah berhasil dalam berbagai profesi bermukim di Ibu Kota. Melalui yayasan YBK tersebut mereka yang telah berhasil membagikan harta yang dimilikinya dalam bentuk beasiswa kepada para pelajar dan mahasiswa Kalimantan Barat untuk melanjutkan pendidikannya di berbagai jenjang, baik di dalam maupun di luar negeri. Ribuan beasiswa telah mereka bagikan untuk putra dan putri cerdas dan prestasi dari Kalimantan Barat.
Penulis bersama bapak Ir. Junaidi, MT dekan Fakultas Teknik Untan berkesempatan menghadiri undangan mereka. Dan kepada kami diminta mewakili rektor Untan menyampaikan sambutan. Penulis mewakili rektor Untan menyampaikan beberapa hal, yakni Universitas Tanjungpura; (1) mengucapkan terima kasih kepada para pengurus YBK dan para donator yang telah memberi beasiswa kepada mahasiswa Untan yang berprestasi dari keluarga kurang mampu secara ekonomi; (2) memberikan dukungan kepada YBK yang telah memberi harapan dan bantuan nyata berupa beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa yang berasal dari Kalimantan Barat melanjutkan studinya pada jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk membantu pelajar dan mahasiswa dari keluarga kurang mampu sedikitnya 20% dari jumlah keseluruhan peserta didik; (3) Kamipun berharap kerjasama atau kemitraan antara YBK dan Untan diteruskan dan bahkan ditingkjatkan; dan (4) berharap semoga pemberian beasiswa bagi peserta didik dari keluarga kurang mampu dapat dicontoh atau diikuti oleh pihak lain sehingga semangat memberi tumbuh subur dalam masyarakat kita tanpa membedakan suku, agama dan etnisitas lainnya.
Mengakhiri uraian ini, penulis mengutip pernyataan Barbara, yakni sebagai berikut; “Diakhir kehidupan nanti, kita tidak pernah menyesal karena belum pernah menjadi orang kaya dan belum pernah menjadi pejabat penting di negeri ini. Tetapi yang sudah pasti, kita akan menyesal di akhir kehidupan nanti karena memiliki putra dan putri yang lemah dan generasi muda yang tidak berkualitas.”(Penulis, Dosen FKIP Untan)
No comments:
Post a Comment