Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, November 6, 2011

Kota Berbasis Angkutan Publik dan Green City

Oleh : Said B

Kota Pontianak, kota dengan jumlah jumlah kendaraan penumpang atau pribadi kurang lebih sebesar 30.000 kendaraan dan jumlah sepeda motor kurang lebih 300.000 ribu menghadapi permasalahan kemacetan lebih cepat dari yang diperkirakan sebagian dari kita. Meskipun ada pejabat daerah yang mengatakan bahwa kemacetan di kota Pontianak hanya terjadi dalam waktu singkat, yaitu pada jam-jam puncak kemacetan (peak hour) yaitu jam berangkat sekolah atau kerja atau jam pulang sekolah, namun kemacetan semakin meneror warga yang ingin melakukan perjalanan pada ruas jalan utama dan tidak hanya pada jam-jam sibuk.

Berbasis Angkutan Publik
Pada kasus kota kelas menengah dengan penduduk terus bertambah seperti kota Pontianak, pertumbuhan penduduk dan pertambahan kepemilikan kendaraan biasanya tidak diantisipasi dengan langkah-langkah strategis sampai kota mengalami kemacetan parah dan memerlukan penanganan yang luar biasa sulit. Hal ini dibuktikan dengan kesemrawutan beberapa kota di Pulau Jawa (Bogor, Bandung), terutama yang dengan faktor penyebab kemacetan adalah pertumbuhan pesat kepemilikan kendaraan disertai dengan jumlah angkutan kota (angkot)  yang juga besar. 
Maka menurut penulis, sudah saatnyalah pemerintah kota menyusun sebuah masterplan kota dengan transportasi berbasis angkutan publik dalam hal ini bis kota. Dalam masterplan ini akan dibuat rute pelayanan bis terpadu dengan fasilitas yang sangat baik dengan pelayanan ke seluruh penjuru kota, dilengkapi dengan halte-halte representatif yang akan membuat orang lebih memilih menggunakan bis kota. Program ini akan menjamin seluruh masyarakat dapat bepergian ke seluruh penjuru kota dengan pelayanan bis kota yang nyaman dan aman. Program ini selanjutnya harus didukung oleh perda-perda yang mendukung dan menjamin suksesnya pelaksanaannya.  Dengan tarif bis kota yang disubsidi dan sosialisasi yang baik, kota Pontianak harus bisa menjadi kota berbasis angkutan publik. Tarif bis kota harus ditetapkan semurah mungkin untuk mendorong orang menggunakan moda angkutan yang paling efisien jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi, serta lebih nyaman jika dibandingkan dengan menggunakan angkot. Dana yang digunakan untuk mensubsidi tarif angkutan bis kota ini bisa diperoleh antara lain dari kenaikan tarif parkir.

Kenaikan Tarif Parkir
Tarif parkir yang dinaikkan ini selain untuk mensubsidi tarif bis kota, juga bertujuan  mengurangi keinginan orang untuk menggunakan kendaraan pribadi. Dan dengan tujuan yang jelas yaitu mendukung sektor angkutan publik yakni bis kota, dengan pengelolaan yang transparan dan akuntabel setiap masyarakat seharusnya akan ikhlas membayar tarif parkir agar anak, istri dan mereka sendiri dapat menikmati fasilitas bis kota yang pasti jauh lebih aman. Tentunya selain diperoleh dari tarif parkir, dana insentif untuk penggunaan juga dibutuhkan alokasi dana dari pemerintah kota. Mengapa kita harus ikhlas membayar tarif parkir lebih mahal serta menggalakkan penggunaan bis kota, hal ini harus dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan akibat kemacetan (congestion cost) berupa pemborosan bahan bakar, pelumas, suku cadang kendaraan yang cepat aus dan harus diganti, juga harus di perhitungkan kerugian waktu yakni waktu produktif (berhubungan dengan gaji/pendapatan). Juga harus diperhitungkan biaya kerusakan lingkungan, akibat emisi dari kendaraan yang berlama-lama di jalan akibat kemacetan terhadap kesehatan manusia.

Angkutan Pelajar
Jika arah pelayanan di atas lebih mengarah ke angkutan publik atau angkutan umum, juga harus disediakan angkutan pelajar dalam jumlah yang cukup sehingga benar-benar dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi terutama sepeda motor yang diharapkan selain mengurangi kemacetan juga lebih dapat menjamin keselamatan pengguna jalan itu sendiri. Angkutan pelajar harus dipikirkan lebih matang rute pelayanan dan pool dimana beberapa sekolah dapat dilayani di terminal yang letaknya dipilih paling strategis dengan jarak terbaik yang dapat dijangkau dari masing-masing sekolah. Pemilihan pembangunan terminal khusus angkutan pelajar ini untuk mengantisipasi ramainya halte atau macetnya badan jalan jika digunakan bis pelajar untuk menunggu pelajar yang akan menggunakannya juga pada saat menurunkan penumpang.

Angkutan Karyawan
Karyawan terutama dari institusi pegawai negeri (beberapa perusahaan swasta telah memiliki bis karyawan) harus diupayakan dilayani dengan bis karyawan, karena sebagian besar karyawan hanya menggunakan kendaraan untuk bergerak pagi hari menuju kantor dan pada sore hari pulang menuju rumah dan kendaraan hanya diparkir di kantor pada waktu antara tersebut. Padahal pergerakan menuju kantor pada pagi hari dan menuju ke rumah pada sore hari dengan kendaraan pribadi, terutama mobil dengan penumpang hanya 1 orang inilah yang menyebabkan kemacetan.

Green City
Jika ada lima penjabaran konsep green city, program transportasi kota berbasis angkutan publik yang  seharus diperkuat dengan  kebijakan pemerintah daerah ini, menyangkut konsep desa ekologis (eco village), yakni mengenai efisiensi bahan bakar dan pengutamaan transportasi umum. Karena adalah hal yang mustahil untuk menciptakan desa/kota hijau, menggiatkan penanaman pohon-pohon sebanyak mungkin namun dengan membiarkan ratusan ribu kendaraan menyumbangkan emisi dari knalpot yang mencemari udara tanpa usaha untuk menguranginya.

Langkah Pendukung
Adapun usaha memajukan angkutan publik pada program kota dengan transportasi berbasis angkutan publik ini  mensyaratkan beberapa hal yaitu :
(a)  Trotoar
Terkait dengan program yang dibahas pada tulisan ini, fasilitas bagi pejalan kaki adalah fasilitas vital yang harus disediakan. Menggunakan bis dalam aktivitas menimbulkan konsekwensi kita berjalan kaki dari rumah ke halte atau rute yang dilalui bis kota; juga ketika turun dan menuju tempat tujuan perjalanan. Harus disediakan trotoar yang nyaman dengan yang lebar yang mencukupi untuk membiasakan orang berjalan kaki menuju halte, ke tempat kerja, sekolah atau menuju rumah. Dapat pula didesain trotoar dengan motif-motif yang menarik sehingga secara keseluruhan kota nampak indah.
(b) Penghijauan
Sebagai kota yang dilalui garis equator, kota Pontianak yang panas harus mensiasati anjuran penggunaan trotoar dengan menciptakan kawasan pedestrian yang terlindung oleh pepohonan, sehingga para pejalan kaki tidak terpanggang sinar matahari pada saat berjalan di siang hari. Selain itu, secara umum pemerintah kota harus mempunyai program untuk menurunkan secara bertahap temperatur kota dengan membuat lebih banyak taman kota, dimana usaha menurunkan temperatur kota ini harus terukur (terkuantifikasi).
(c) pelebaran jalan
Kondisi kota Pontianak dengan jumlah kendaraan seperti yang kita lihat pada akhir tahun 2011 dan yang akan terus bertambah dari tahun ke tahun mensyaratkan dengan mutlak pembebasan lahan dikiri kanan jalan untuk meningkatkan kapasitas jalan. Pelayanan bis kota tidak boleh menjadi tambahan kemacetan pada awal-awal pengoperasi, yang dapat terjadi pada kasus kawasan yang sering mengalami kemacetan berusaha menguranginya, tanpa pelebaran jalan. Kawasan yang mendapat prioritas di perlebar adalah kawasan dengan rute bis kota yang mendapat prioritas di laksanakan.

Kegiatan ini akan berhasil jika didukung dengan sosialisasi yang tepat ke seluruh kelompok-kelompok masyarakat, dengan sasaran awal yaitu pelajar dan karyawan.  Penjelasan tentang mengapa dan manfaat nyata apa yang bisa di dapat dari program ini harus dapat dipahami dengan baik dan benar sehingga dapat berjalan sukses dan memberikan dampak positif kepada kita semua. Jika program ini sudah dijalankan, Kota Pontianak akan memiliki jalan dengan lebar yang cukup, kendaraan pribadi dalam jumlah yang tidak menimbulkan kemacetan, trotoar yang nyaman dan hijauperjalanan menuju kantor, tempat kerja, sekolah, daerah pertokoan, pasar atau tempat rekreasi / taman kota lebih menyenangkan dilakukan dengan bis kota. Terlebih lagi bagi para pendatang yang semakin ramai di kota ini, dapat berkeliling dengan fasilitas transportasi yang nyaman dan aman.

Program ini menurut penulis seharusnya dilaksanakan, disukseskan karena jika kita gagal dalam program menjadikan masyarakat kota Pontianak memiliki budaya menggunakan angkutan publik, bis kota,  untuk melakukan perjalanan, maka kita akan berhadapan dengan tingkat kemacetan yang semakin menjadi akibat pertumbuhan kepemilikan kendaraan yang luar biasa, yang akhirnya tak tertanggungkan bagi kota kecil ber-PAD (baca: berkemampuan lemah ) untuk melakukan terobosan pembangunan infrastruktur-infrastruktur mahal. Padahal dengan merancang Kota Pontianak sebagai kota dengan transportasi berbasis angkutan publik, selain dapat dibangun secara bertahap sesuai dengan kemampuan daerah, juga seharusnya mendapatkan dana dari pusat atau lembaga dunia yang peduli pada pembangunan berwawasan lingkungan, konsep green city dan program terpadu pengurangan emisi karbondioksida dari kendaraan bermotor. **
* Penulis, Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil UNTAN.



1 comment:

  1. ARTIKELNYA KEREN (kalo tulisan sendiri)..

    SARAN:
    perbaiki font dan manajemen spasi
    highlight kata kata menarik

    ReplyDelete