Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, November 29, 2011

Menegakkan Ajaran Tauhid

Oleh : Rasmi Sattar


Setiap tahun kita merayakan dan melaksanakan Idul Adha atau Idul Qurban yang jatuh pada tanggal 10 Zulhijjah.  Tahun ini bertepatan dengan  6 November 2011. Tradisi yang lazim kita laksanakan setelah melaksanakan shalat id di masjid atau di lapangan, dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban, apakah kambing, sapi, atau kerbau. Peristiwa penyembelihan hewan kurban ini bermula dari perintah Allah yang menguji kedahsyatan dan kekuatan iman Nabi Ibrahim dengan menyuruh menyembelih anaknya (Ismail), apakah Ibrahim konsisten menempuh ujian untuk menegakkan ajaran tauhid, tiada Tuhan selain Allah, seperti yang termaktub dalam Alquran surat Asshaffat ayat 102.

Tentu saja ada dua pilihan yang harus dipertimbangkan Nabi Ibrahim. Jika melaksanakan perintah Allah, berarti anaknya menjadi korban. Jika anaknya diselamatkan atau tidak dikorbankan, berarti melanggar perintah Allah.  Wahyu yang diterima Nabi Ibrahim ternyata dikompromikan dengan anaknya  (Ismail). “Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi (wahyu) bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah bagaimana pendaptmu” (Asshaffat 102). Rupanya diluar dugaan Ibrahim, ternyata Ismail menjawab, “ Wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah ayah akan melihatku termasuk orang-orang yang sabar.” 
Ketika Nabi Ibrahim benar-benar melaksanakan perintah Allah menyembelih leher Ismail, dimana Ibrahim dengan mata terpejam menarik pisau menyayat leher Ismail, ternyata setelah Nabi Ibrahim membuka matanya bukan  leher Ismail yang tergerek, tapi justru seekor kibas yang mengucurkan darah dari lehernya yang tergeletak di depan Nabi Ibrahim , sementara Ismail berdiri dibelakang ayahnya. Ternyata dalam tempo yang singkat Allah mengganti Ismail dengan seekor kibas (sejenis kambing).

Dalam kisah juga dinukilkan bahwa sebelum prosesi penyembelihan, godaan iblis bertubi-tubi datang kepada Ibrahim agar jangan menyembelih anaknya. Iblis menggoda Ibrahim dengan alasan demi kemanusiaan, kalau Ibrahim menyembelih Ismail berarti Ibrahim tak punya belas kasihan terhadap anaknya dan sangat kejam. Rupanya Nabi Ibrahim tak mempan dirayu oleh iblis, dengan spontan Nabi Ibrahim mengambil batu melempar iblis dan iblis lari ketakutan. Peristiwa ini terjadi di Mina, kurang lebih 6 km dari Makkah. Kejadian in diabadikan dalam ibadah haji, yang dikenal melontar jumrah.

Sebenarnya larinya iblis ketika dilempar batu oleh Nabi Ibrahim bukan karena takut dengan batunya. Karena ketika Ibrahim melempar dengan batu, tentu iblis dapat mengelak, sebab batu adalah benda berjisim atau benda padat, sedangkan iblis makhluk halus. Takutnya iblis karena iman Ibrahim tak mempan digoyahkan, Nabi Ibrahim begitu istiqamah dan teguh pendirian menerima peritah Allah menegakkan ajaran tauhid, tiada tuhan selain Allah, walaupun harus mengorbankan anaknya.

Karakter Nabi Ibrahim tentunya harus diteladani, apalagi sebagai umat Islam. Di dalam ajaran Islam sifat monotheisme atau meng-esakan Tuhan, bahwa tiada tuhan selain Allah adalah masalah yang sangat prinsip dan sangat fundamental. Islam meyakini bahwa Alkhaliq (sang pencipta) hanya satu, yang lainnya adalah almakhluk (yang diciptakan).

Namun masih dijumpai sifat monotheisme  terkadang terkontaminasi dengan ajaran syirik. Misalnya saja masih ada yang takut dengan  angka 13. Sehingga orang yang intelek dan terpelajar pun masih menghindari angka 13. Berarti sifat monotheisme (percaya kepada Tuhan yang satu) masih ragu-ragu. Lihat saja masih ada penerbangan yang tidak mau memasang nomor 13 di kursinya. Jadi kalau kita naik pesawat akan dijumpai nomor kursi nomor 12, kemudian meloncat ke nomor 14, dan tidak ada kursi nomor 13. Begitu takutnya orang dengan angka 13. Begitu juga hotel ada yang tidak mau memberi nomor kamar 13, atau tidak ada namanya lantai 13. Padahal belum ada penelitian benarkah angka 13 itu mendatangkan malapetaka. Orang yang terbakar rumahnya belum tentu nomor rumahnya  13. Mobil yang mendapat kecelakaan belum tentu nomor polisinya 13. Bahkan pesawat Adam Air yang jatuh di dekat Mamuju di Sulawesi Barat pada 1 Januari 2007 mungkin tidak ada nomor kursi 13, tapi kecelakaan juga. Jadi tidak ada hubungannya antara angka 13 dengan musibah. Bagi orang muslim yang memiliki iman yang mantap, tidak peduli dengan angka ini. Makanya tidak heran ada orang yang nomor mobilnya KB 13 tidak masalah bagi pemilik mobil itu sendiri.

Selain  takut dengan angka 13, masih ada juga orang yang takut difoto bertiga. Ini juga termasuk penyakit khurafat yang bikin was-was dalam dada manusia, oleh jin dan manusia (lihat surat An-Nas) . Masih ada juga yang meyakini zodiak ramalan bintang dikaitkan dengan tanggal lahirnya, misalnya sagitarius, scorpio, gemini, leo dan lain-lain, yang jumlah zodiak itu 12 dan ada yang mengatakan 14. Manusia di dunia ini sudah mencapai 7 milyar. Tak mungkin nasib manusia yang tujuh milyar itu hanya dibagi 12 berdasarkan zodiak. Ada orang yang berbintang gemini bisa jadi presiden, tapi ada juga yang jadi pesinden (yang membawakan tembang di depan musik gamelan). Ada orang yang berbintang scorpio bisa jadi gubernur, tapi ada juga yang jadi tukang cukur.Ada yang jadi direktur, tapi ada juga jadi kondektur, ada yang jadi insinyur, tapi ada juga yang tukang gali kubur.

Bagi muslim yang memurnikan tauhid, tentu tidak peduli dengan zodiak atau ramalan bintang. Nasib manusia tergantung ikhtiar dan takdir Allah. Bagitu juga jangan sampai tauhid kita rusak karena percaya adanya batu cincin yang dianggap berkhasiat dan bisa memperbaiki nasib. Termasuk juga yang merusak tauhid adalah berebut nasi tumpeng dengan segala macam yang menempel di nasi tumpeng itu yang keluar dari keraton, karena dianggap makanan itu bisa member berkah. 

Itulah sebabnya orang yang berangkat haji, harus meneguhkan aqidah dengan membaca talbiyah yang bunyinya Labbaika Allahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik (ya Allah aku penuhi panggilanMu, aku penuhi pangilanMu, tidak ada sekutu bagiMu). Nabi Ibrahim berjuang begitu gigih,  sampai rela mengorbankan anaknya (Ismail) demi menegakkan ajaran tauhid (monotheisem)  bahwa Allah tidak berserikat atau bersekutu.  Ibadah haji adalah napas tilas Nabi Ibrahim menegakkan tauhid. Semoga umat Islam semakin menyadari untuk  menegakkan ajaran tauhid dengan tidak mengotori dengan hal-hal yang khurafat dan yang berbau syirik. Karena menyekutukan Allah adalah tergolong dosa besar, dan Allah tidak akan mengampuni orang yang mempersekutukan Allah. ***


•    Penulis Dosen STAIN Pontianak

No comments:

Post a Comment