Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, November 6, 2011

Quo Vadis Peran Pemuda?

Oleh : Agustinus Yan


TANGGAL 28 Okotober 2011, mengingatkan kita bahwa peristiwa Sumpah Pemuda sudah genap berusia 83 Tahun. Sejarah telah mencatat bahwa pencetusan tanggal 28 Oktober 1928 oleh beberapa puluh anak muda berikrar tentang bangsa dan tanah air yang satu dan tentang bahasa persatuan yang harus dijunjung. Peristiwa ini telah dijadikan simbol yang diperlukan bagi suatu tujuan tertentu yakni peneguhan integrasi nasional. Sumpah Pemuda merupakan bukti historis dan sebagai puncak pergumulan penentuan identitas keindonesiaan yang dirintis sejak awal berdirinya berbagai organisasi modern di Indonesia.
Sumpah Pemuda sejatinya dilahirkan sebagai hasil Kongres Pemuda II yang diselenggarakan tanggal 27-28 Oktober 1928 di Kramat Raya 106 Jakarta, dan merupakan manifestasi gemilang kalangan muda Indonesia masa lalu yang terdiri dari berbagai suku, agama dan daerah, guna menggalang persatuan bangsa dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Peserta Kongres bersejarah ini adalah wakil-wakil angkatan muda yang tergabung dalam Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Minahasa Bond, Madura Bond, Pemuda Betawi dan lain-lain. Prakarsa Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia inilah kongres pemuda melahirkan Sumpah Pemuda, dan menjadi momen penggalang persatuan dalam jiwa dan raga pemuda.

Tidak dapat dibayangkan betapa alotnya kongres pemuda saat itu. Pastilah dalam benak peserta menggelora semangat untuk bersatu, mengutamakan persamaan dan mencari sisi-sisi bagaimana mereduksi berbagai macam perbedaan dari berbagai aspek baik suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Apabila kondisi pada saat itu lebih banyak mengutamakan perbedaan, maka kata bersepakat untuk mengikrarkan Sumpah Pemuda tidak akan pernah terwujud. Akhirnya, dengan Sumpah Pemuda ini semua gerakan kedaerahan dengan susah payah meleburkan diri dalam Trilogi pernyataan yang tegas-tegas menyebutkan tumpah darah/tanah, bangsa, dan bahasa Indonesia, sehingga dapat dikatakan sebagai repsesentatif  titik awal kelahiran dan kebangkitan sebuah Bangsa Indonesia.

Pendobrak Perubahan
Presiden Soekarno suatu ketika pernah berkata, “Berikan padaku sepuluh pemuda maka akan kuguncang dunia”. Dari pernyataan ini mengandung makna bahwa Soekarno sangat memberikan apresiasi kepada pemuda daripada orang tua. Hal ini disebabkan mereka memainkan peranan yang besar dan memiliki potensi serta energi yang sangat besar untuk mendobrak suatu perubahan sosial. Karena eksistensi pemuda merupakan generasi yang diharapkan dapat menjadi penerus estafet perjuangan dan kepemimpinan bangsa.

Sejarah juga telah dengan jelas mencatat kiprah pemuda dalam berbagai kejadian, reformasi maupun revolusi, baik peristiwa dalam negeri maupun luar negeri atau dunia. Pemuda selalu sebagai agen perubahan dan sebagai pendobrak yang handal. Fakta sejarah juga menunjukkan besarnya peran pemuda dalam pergerakan kebangsaan dan menegaskan bahwa pemuda memiliki posisi strategis dalam menggerakkan perubahan dan menciptakan sejarah baru bangsa. Dalam catatan historis bahwa hampir seluruh sejarah penting yang tercipta di negeri Indonesia ini dilakukan atas peran serta pemuda, dan peran aktifnya mahasiswa sebagai kelompok terpelajar seperti gelora tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945. Tanpa sikap revolusioner para pemuda kembali ditunjukkan pada peristiwa tahun 1945, ketika para pemuda menyandera Soekarno-Hatta ke Rengas Dengklok agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1966, tepat 20 tahun setelah kemerdekaan terjadi peristiwa Gerakan 30 September 1965, rezim Orde Lama juga didobrak oleh Pemuda dan mahasiswa. Tanpa peran besar mahasiswa dan organisasi pemuda serta organisasi sosial kemasyarakatan pada tahun 1966,  Soeharto dan para tentara tidak mungkin bisa ‘merebut’ kekuasaan dari penguasa Orde Lama. Terakhir mendobrak dan meruntuhkan rezim Orde Baru pada tahun 1998. Fenomena tersebut sekaligus menunjukkan betapa signifikannya keberadaan dan peran aktif pemuda dalam konteks keindonesiaan.

Kepeloporan pemuda dalam mendobrak suatu perubahan rezim harus diakui. Karena pemuda sesungguhnya bukan sekedar bagian dari lapisan sosial masyarakat. Pemuda memainkan peranan penting dalam perubahan sosial. Namun jauh daripada itu, pemuda merupakan konsepsi yang menerobos dan mendobrak definisi pelapisan sosial tersebut terutama terkait dengan konsepsi nilai-nilai. Sejarawan Taufik Abdullah (1974) memandang pemuda atau generasi muda adalah konsep-konsep yang sering mewujud pada nilai-nilai herois-nasionalisme.

Konsepsi ini agak ilmiah dan mengandung pengertian ideologis dan kultural, dimana pemuda sebagai harapan bangsa, pemuda pemilik masa depan, dan sebagainya, betapa mensyaratkan nilai yang melekat pada kata “pemuda”. Oleh sebab itu, dalam konteks Indonesia sebagai bangsa terekam dan telah mengkristal jejak para pemuda masa lalu, sehingga sosok pemuda identik dengan nilai-nilai dan peran kesejarahan yang selalu melekat pada dirinya sebagai pendobrak perubahan sosial politik dan kebangsaan. Hakikat perubahan sosial politik selalu tercitra pada sosok pemuda, dan citra pemuda tidak lepas dari sejarah yang telah mereka ukir sendiri. Sedemikian melekatnya nilai-nilai kepeloporan dan semangat kebangsaan pemuda masa lalu, sehingga tentu saja hal ini menjadi beban sekaligus menjadi tanggung jawab moral sosial pemuda Indonesia masa kini dan di masa yang akan datang, agar dapat berperan guna mengukir sejarah yang bermartabat.

Aktualisasi Peran Pemuda
Sejarah secara gemilang dan gamblang telah mencatat peran pemuda terutama di Indonesia. Sumpah Pemuda telah memberi fondasi yang amat kuat, sehingga peran pemuda ke depan harus dapat bersatu guna menjalankan praktik kemerdekaan bangsa ini, sebagai bukti ucapan terima kasih yang tak habisnya kepada the Founding Fathers Bangsa Indonesia. Aktualisasi peran strategis dalam konteks sumpah pemuda adalah mengutamakan persamaan atau desegregasi, kemudian perbaiki dan perbedaan. Klaim dan isu ada kelompok yang merasa superioritas dan subordinat dalam hidup berbangsa, merupakan pengingkaran terhadap sejarah dan ikrar sumpah pemuda, sebagai salah satu tonggak kontrak sosial bangsa Indonesia untuk sepakat bersatu. Peringatan Sumpah Pemuda, harus benar-benar dipakai oleh seluruh pemuda untuk memupuk semangat persatuan, guna mencapai kemakmuran bangsa yang lebih besar di masa mendatang.

Seringkali terdengar slogan, ‘sekarang pemuda, besok akan jadi pemimpin’. Pameo ini menjadi semangat untuk memperhatikan eksistensi pemuda di masa lalu, kini dan yang akan datang. Dari fakta sejarah masa lalu, betapa pentingnya peran kesejarahan pemuda demi masa depan RI kedepan. Pemuda sesungguhnya masih dianggap lambang semangat api revolusi, energi sebuah reformasi yang tak akan pernah redup. Sebagai lambang patriot, keberanian, dan semangat yang tak pernah pudar. Pemuda sebagai simbol kekuatan yang tak pernah hancur dan akan lekang oleh zaman.

Namun, nilai-nilai kesejarahan akan sirna, tatkala segenap pemuda yang tahu sejarah tetapi melupakan sejarah. Masih aktualkah slogan ‘sekarang pemuda besok jadi akan jadi pemimpin? Pertanyaan ini imperatif dijawab oleh para pemuda masa kini. Bagaimana besok mau menjadi pemimpin, apabila pemuda dan mahasiswa sekarang lebih banyak berpangku tangan, mengkhayal tanpa usaha, kuliah IPK hanya satu koma, mahasiswa hanya tahu kost atau asrama dan kampus tanpa banyak membaca serta peka terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di sekitarnya? Diperparah lagi masih banyak pemuda dan mahasiswa yang lupa belajar, tetapi banyak habiskan pulsa hasil kiriman orang tuanya. Lupa lembur mengerjakan tugas kuliah, tetapi lebih banyak lembur pergi ke mall atau supermaket.

Lebih banyak pergi sana sini, sehingga lupa ikut organisasi mahasiswa sebagai ajang menempa diri. Kondisi ini harus menjadi refleksi bagi pemuda yang ingin mempersiapkan masa depannya sendiri, sehingga pemuda harus memiliki integritas, berkarakter dan memiliki prinsip hidup yang terpuji sesuai dengan norma-normal ketimuran, dan nilai-nilai baru sesuai tantangan zaman.
Harus disadari bahwa pemuda Indonesia masa sekarang menghadapi tantangan yang semakin berat, dalam kecenderungan sosial yang semakin masif dan dinamis.  Kini bangsa ini menghadapi berbagai masalah pelik berkaitan dengan penegasan ideal nasionalisme seperti 1.) ancaman identitas bangsa termasuk gerakan desintegrasi, 2) transformasi bangsa Indonesia, 3) Penyakit bangsa Indonesia sebagaimana dikemukakan Koentjaraningrat, yakni bermental tamak, feodal, tidak amanah, bermental terjajah, korup, tidak disiplin, suka menyepelekan, suka menerabas, riya, meremehkan mutu, tidak percaya diri, lari dari tanggungjawab. 4) ancaman globalisasi, dan terus melemahnya kesadaran sejarah.

Mona Ouzouf seorang sejarawan Perancis mengatakan, peringatan sejarah diadakan untuk mengingatkan semua orang bahwa "kita semuanya tetap sama seperti dulu dan ingin tetap sama di masa datang." Dalam setiap zaman, pemuda selalu menunjukkan hakikat nasionalisme dalam bentuk yang berbeda. Jusuf Kalla (Wapres) pada tahun 2007 pernah berkata bahwa, “jangan dalam setiap ingin mencapai sesuatu mengutamakan permusuhan atau perkelahian terlebih dulu baru kita bicara hasil.” Keadaan ini tidak sejiwa dengan sumpah pemuda. Secara implisit terkandung makna yang sangat dalam, bahwa sejarah perjuangan pemuda memerlukan kesepakatan secara dewasa, mampu mengakui dan menerima perbedaan sosial serta keunggulan orang lain, harus berjiwa besar dalam segala hal yang dihadapi. Aktualisasi pemuda terkait dengan nilai-nilai persamaan, memperbaiki perbedaan dalam pluralitas sebagai aplikasi dari hal pokok dari peringatan Sumpah Pemuda pada tahun 2011 ini. Akhirnya, Quo Vadis Peran Pemuda? Masih menjadi pertanyaan besar bagi segenap pihak yang konsern terhadap perkembangan pemuda di masa mendatang. Argumentasi inilah dapat mendorong diskursus tentang peran dan eksistensi pemuda dalam konteks pembangunan Indonesia dengan berpegang pada nilai-nilai luhur bangsa yang besar dan plural ini. **
·    Penulis,  Alumni Pascasarjana UNPAD dan Staf pada Pemkab. Bengkayang.




No comments:

Post a Comment