Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, December 20, 2011

Ibu, Sumbangsihmu untuk Pertiwi

Oleh : Hj. Gustinah. B. M.Pd

Peranan wanita dalam kehidupan  sangat penting dan menentukan corak kehidupan. Namun jarang diungkapkan dan ditulis orang. Kadang wanita sendiri kurang menyadari betapa besar peranan yang dimainkannya dalam segala segi kehidupan. Bahkan dalam menuntut ilmu diwajibkan pula kepada wanita tanggung jawab pendidikan dibebankan diatas pundak ibu,  bahwa “surga terletak dibawah telapak kaki  ibu.” Yang lain dalam bentuk tamsil wanita dianggap sebagai  tiang yang  menentuakan tegak-runtuhnya suatu  negara.

Salah satu fungsi utama yang terpenting dalam keluarga adalah seorang ibu. Adalah tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pembinaan utama bagi kepribadian, pembinaan mental  anak. Seluruh pengalaman yang dilalui anak sejak lahir lebih banyak berhubungan dengan ibu. Karena sebagian besar waktu masa dalam hidup anak selalu  dilalui bersama ibunya.  Untuk itu pantaslah kita berterima kasih kepada ibu yang telah mengandung, menyusui dan membesarkan kita
Kita akan berkata pada diri sendiri  bahwa Kita  berbahagia karena dilahirkan sebagai wanita, pandu kehidupan bangsa, guru,  pemula bagi generasi  muda dan pendamping suami di masa suka dan duka.  Sesungguhnya  tugas seorang ibu memang mulia. Masa  lalu, kini dan yang akan datang selalu berkesinambungan. Apa yang sekarang kita nikmati, hidup dalam kelapangan, nafas Kemerdekaan Bangsa,  tidak lepas dari hasil jerih payah, pahit getirnya rintisan perjuangan kaum ibu yang  telah ikut memberikan darma baktinya dalam mengabdi kepada Nusa dan Bangsa menuju gerbang Kemerdekaan Nasional, dengan latar belakang kehidupan  alam penjajahan.

Kehadiran pejuang –pejuang Wanita dalam kancah dan khasanah Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia jelas ikut melatarbelakangi isi dan makna  UUD  45 sebagai wujud  kehidupan Negara Indonesia.  Oleh karena itu,setiap usaha untuk menumbuhkan dan melestarikan Perjuangan di kalangan wanita,  figur seorang ibu adalah bagian dari perjuangan  Bangsa  kita. Wanita pejuang bukan hanya mereka yg bertugas di medan perang, memanggul  senjata  dan  terjun di kancah politik,  perjuangan  kaum wanita ketika  itu mencakup semua segi kehidupan.  Wanita pejuang adalah wanita yang kuat kemauannya,  yakin  pada pendiriannya, berani,  tidak kenal lelah, bekerja keras, berdisiplin, dan mantap dalam memperjuangkan idealisme, semangat nasionalisme  yang  menjadi tujuan kaum wanita  untuk  meneruskan cita-cita Kartini.
Seperti  ibu Sudiro, ibu Johanna Masdani,  ibu Soed, dan ibu Mantria Hutasoit  dan ibu -ibu pejuang lainnya. Mereka telah ikut berjuang baik jauh sebelum kita merdeka. Dalam gelora revolusi,  dalam upaya mereka  untuk mengisi kemerdekaan. Apa yang mereka lakukan tidak lepas dari mata rantai perjuangan untuk melawan penjajahan,  penindasan, kesewenangan, ketidakadilan. Gambaran perjuangan mereka berhiaskan kesederhanaan. Kaum ibu ketika itu menyangga beban rumah tangga, mengandung, mengasuh, mendidik anak-anak mereka yang masih kecil dan mengelola rumah tanggga yang serba sederhana, bahkan kekurangan. Namun  tugas rumah tangga yang mereka lakoni  tidak menjadikan mereka lupa akan panggilan tanah airnya. Apa yang sekarang, kita nikmati, hidup dalam napas Kemerdekaan sekarang ini, tak lepas dari hasil jerih payah mereka. Pejuang wanita yang bernama Ibu. Pahit getirnya rintisan perjuangan yang mereka.cita-citakan dan lakoni, keinginan luhur dan harapan  mereka  adalah  untuk meningkatkan harkat derajat kaum  wanita.
Kaum wanita zaman sekarang hidup dalam zaman  maju, era global. Mendapat hak-hak kebebasan-kebebasan dan kesempatan-kesempatan yang jauh lebih luas, yang memberi banyak kemudahan.  Wanita  sekarang mendapat kesempatan yang sama dengan pria. Gender adalah isu baru dalam pembangunan. Indonesia memulai konsep kesetaraan Gender sejak tahun1995. Arahan Presiden Republik Indonesia dalam  Rakernas Pembangunan Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2001 bahwa mengintegrasikan gender ke dalam pembangunan bukan lagi bersifat filosofis dan konsep, tetapi lebih  kearah hal-hal yang lebih teknis dan konkret. Kemitraan kesejajaran  dalam tugas pembangunan. Sehingga wanita bebas berkarier, bebas memperjuangkan hak nya, namun yang lebih penting bagaimana ketulusan dan kejujuran wanita  dalam  berpikir, bersikap dan berbuat.
Emansipasi bukanlah untuk berbuat  berlebihan, Sebaliknya emansipasi  kaum wanita adalah untuk menjunjung derajat kaum wanita dan untuk menyadarkan mereka akan hak-hak serta tanggung jawab serta tugas-tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Membina keluarga adalah juga perjuangan luhur yang akan abadi sepanjang zaman. Karena Ibu  pendidik pertama dalam kehidupan generasi muda. Semoga wanita Indonesia selalu sadar akan hak –haknya. Kemerdekaan yang kita peroleh dengan tetesan keringat, air mata dan darah harus dibayar dengan idealisme yang tinggi dalam  upaya memperkokoh rasa Kebangsaan bagi kaum ibu.
Berakhirnya perjuangan bukan berarti berakhirnya tugas dan kewajiban kaum ibu  Walaupun perjuangan fisik dan perjuangan memantapkan kedudukan wanita sudah selesai, namun tugas dan kewajiban yang baik harus tetap dijalankan. Kaum ibu  jangan terpaku ditempat dan jangan pernah merasa  bahwa tugas-tugas kita telah selesai.  Kemerdekaan tidak saja memberikan hak namun kewajiban. Kewajiban seorang ibu terhadap suaminya,  anak-anaknya, kewajiban terhadap Negara,  terhadap tanah air, kewajiban tidak jalan sendiri. Pejuang  generasi  ibu yang telah tua, menyerahkan  estafet perjuangan kepada generasi  muda penerus perjuangan. Bukan harta, bukan pula kenikmatan hidup, tetapi lebih kepada beban yang bernama kewajiban-kewajiban perjuangan terhadap Tanah air, Darma Bakti untuk mu  Ibu Pertiwi. Dirgahayu Hari Ibu!

* Penulis, guru SMP Negeri 11 Pontianak.


No comments:

Post a Comment