Peranan wanita dalam kehidupan sangat penting dan menentukan corak kehidupan. Namun jarang diungkapkan dan ditulis orang. Kadang wanita sendiri kurang menyadari betapa besar peranan yang dimainkannya dalam segala segi kehidupan. Bahkan dalam menuntut ilmu diwajibkan pula kepada wanita tanggung jawab pendidikan dibebankan diatas pundak ibu, bahwa “surga terletak dibawah telapak kaki ibu.” Yang lain dalam bentuk tamsil wanita dianggap sebagai tiang yang menentuakan tegak-runtuhnya suatu negara.
Salah satu fungsi utama yang terpenting dalam keluarga adalah seorang ibu. Adalah tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pembinaan utama bagi kepribadian, pembinaan mental anak. Seluruh pengalaman yang dilalui anak sejak lahir lebih banyak berhubungan dengan ibu. Karena sebagian besar waktu masa dalam hidup anak selalu dilalui bersama ibunya. Untuk itu pantaslah kita berterima kasih kepada ibu yang telah mengandung, menyusui dan membesarkan kita
Kita akan berkata pada diri sendiri bahwa Kita berbahagia karena dilahirkan sebagai wanita, pandu kehidupan bangsa, guru, pemula bagi generasi muda dan pendamping suami di masa suka dan duka. Sesungguhnya tugas seorang ibu memang mulia. Masa lalu, kini dan yang akan datang selalu berkesinambungan. Apa yang sekarang kita nikmati, hidup dalam kelapangan, nafas Kemerdekaan Bangsa, tidak lepas dari hasil jerih payah, pahit getirnya rintisan perjuangan kaum ibu yang telah ikut memberikan darma baktinya dalam mengabdi kepada Nusa dan Bangsa menuju gerbang Kemerdekaan Nasional, dengan latar belakang kehidupan alam penjajahan.
Kehadiran pejuang –pejuang Wanita dalam kancah dan khasanah Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia jelas ikut melatarbelakangi isi dan makna UUD 45 sebagai wujud kehidupan Negara Indonesia. Oleh karena itu,setiap usaha untuk menumbuhkan dan melestarikan Perjuangan di kalangan wanita, figur seorang ibu adalah bagian dari perjuangan Bangsa kita. Wanita pejuang bukan hanya mereka yg bertugas di medan perang, memanggul senjata dan terjun di kancah politik, perjuangan kaum wanita ketika itu mencakup semua segi kehidupan. Wanita pejuang adalah wanita yang kuat kemauannya, yakin pada pendiriannya, berani, tidak kenal lelah, bekerja keras, berdisiplin, dan mantap dalam memperjuangkan idealisme, semangat nasionalisme yang menjadi tujuan kaum wanita untuk meneruskan cita-cita Kartini.
Seperti ibu Sudiro, ibu Johanna Masdani, ibu Soed, dan ibu Mantria Hutasoit dan ibu -ibu pejuang lainnya. Mereka telah ikut berjuang baik jauh sebelum kita merdeka. Dalam gelora revolusi, dalam upaya mereka untuk mengisi kemerdekaan. Apa yang mereka lakukan tidak lepas dari mata rantai perjuangan untuk melawan penjajahan, penindasan, kesewenangan, ketidakadilan. Gambaran perjuangan mereka berhiaskan kesederhanaan. Kaum ibu ketika itu menyangga beban rumah tangga, mengandung, mengasuh, mendidik anak-anak mereka yang masih kecil dan mengelola rumah tanggga yang serba sederhana, bahkan kekurangan. Namun tugas rumah tangga yang mereka lakoni tidak menjadikan mereka lupa akan panggilan tanah airnya. Apa yang sekarang, kita nikmati, hidup dalam napas Kemerdekaan sekarang ini, tak lepas dari hasil jerih payah mereka. Pejuang wanita yang bernama Ibu. Pahit getirnya rintisan perjuangan yang mereka.cita-citakan dan lakoni, keinginan luhur dan harapan mereka adalah untuk meningkatkan harkat derajat kaum wanita.
Kaum wanita zaman sekarang hidup dalam zaman maju, era global. Mendapat hak-hak kebebasan-kebebasan dan kesempatan-kesempatan yang jauh lebih luas, yang memberi banyak kemudahan. Wanita sekarang mendapat kesempatan yang sama dengan pria. Gender adalah isu baru dalam pembangunan. Indonesia memulai konsep kesetaraan Gender sejak tahun1995. Arahan Presiden Republik Indonesia dalam Rakernas Pembangunan Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2001 bahwa mengintegrasikan gender ke dalam pembangunan bukan lagi bersifat filosofis dan konsep, tetapi lebih kearah hal-hal yang lebih teknis dan konkret. Kemitraan kesejajaran dalam tugas pembangunan. Sehingga wanita bebas berkarier, bebas memperjuangkan hak nya, namun yang lebih penting bagaimana ketulusan dan kejujuran wanita dalam berpikir, bersikap dan berbuat.
Emansipasi bukanlah untuk berbuat berlebihan, Sebaliknya emansipasi kaum wanita adalah untuk menjunjung derajat kaum wanita dan untuk menyadarkan mereka akan hak-hak serta tanggung jawab serta tugas-tugasnya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Membina keluarga adalah juga perjuangan luhur yang akan abadi sepanjang zaman. Karena Ibu pendidik pertama dalam kehidupan generasi muda. Semoga wanita Indonesia selalu sadar akan hak –haknya. Kemerdekaan yang kita peroleh dengan tetesan keringat, air mata dan darah harus dibayar dengan idealisme yang tinggi dalam upaya memperkokoh rasa Kebangsaan bagi kaum ibu.
Berakhirnya perjuangan bukan berarti berakhirnya tugas dan kewajiban kaum ibu Walaupun perjuangan fisik dan perjuangan memantapkan kedudukan wanita sudah selesai, namun tugas dan kewajiban yang baik harus tetap dijalankan. Kaum ibu jangan terpaku ditempat dan jangan pernah merasa bahwa tugas-tugas kita telah selesai. Kemerdekaan tidak saja memberikan hak namun kewajiban. Kewajiban seorang ibu terhadap suaminya, anak-anaknya, kewajiban terhadap Negara, terhadap tanah air, kewajiban tidak jalan sendiri. Pejuang generasi ibu yang telah tua, menyerahkan estafet perjuangan kepada generasi muda penerus perjuangan. Bukan harta, bukan pula kenikmatan hidup, tetapi lebih kepada beban yang bernama kewajiban-kewajiban perjuangan terhadap Tanah air, Darma Bakti untuk mu Ibu Pertiwi. Dirgahayu Hari Ibu!
* Penulis, guru SMP Negeri 11 Pontianak.
No comments:
Post a Comment