Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Saturday, December 10, 2011

Validitas Ekologi

Oleh Leo Sutrisno

SEORANG pembaca kolom edukasi mengirimkan pesan singkat melalui telepon genggam meminta agar diturunkan tulisan tentang validitas ekologi. Karena, pembaca ini disodori pertanyaan oleh penguji thesis magisternya beberapa waktu yang lalu, ”Bagaimana validitas ekologi hasil penelitian Anda ini?” Baik, seperti biasa, ucapan terima kasih yang tulus disampaikan pada pembaca. Respon-respon semacam ini menjadikan kolom ini terasa lebih aktif dan segar.

Secara sederhana, validitas ekologi [ecological validity] hasil penelitian merujuk pada implementasi temuan penelitian pada situasi yang sesungguhnya. Misalnya, ada penelitian yang menemukan bahwa metode mengajar diskusi membuat hasil belajar siswa meningkat. Validitas ekologi membahas implementasi temuan itu di sekolah atau di daerah tertentu. Semakin banyak sekolah atau daerah yang dapat mengimplementasikan temuan itu semakin tinggilah validitas ekologi hasil penelitian ini. Mari cermati bahasan berikut ini.
Dalam sains dan statistika, tidak ada satu kesepahaman tentang validitas. Namun, secara umum validitas hasil penelitian itu merujuk pada seberapa tinggi tingkat keseksamaan penemuan dari konsep, pengukuran dan kesimpulan serta akurasi relevansinya dengan realitas. Kata ’valid’ diturunkan dari bahasa Latin ’validus’ yang berarti ’kuat’. Validitas suatu alat pengumpul data  berarti tingkat kesungguhan alat itu dalam mengukur sesuatu yang ditetapkan diukur. Misalnya, seorang peneliti mengukur hasil belajar fisika sekelompok siswa dengan memberikan 10 soal fisika yang harus dikerjakan siswa. Validitas 10 soal merujuk pada seberapa tinggi kesungguhan soal-soal itu mengukur hasil belajar fisika bukan hasil belajar matematika. (Dalam fisika, banyak soal yang harus diselesaiakan secara matematis / dengan rumus-rumus dan perhitungan).
Dalam bidang psikometri, istilah validitas  berkaitan dengan validitas tes. Misalnya, validitas seperangkat tes IQ, tes EQ, atau tes SQ.
Dalam penelitian percobaan, istilah validitas berkaitan dengan kemampuan penelitian itu menjawab secara ilmiah rumusan masalah yang sudah ditetapkan. Pada umum, para peneliti percobaan sepakat bahwa ada sejumlah jebis validitas yang perlu diperhatikan, yaitu: validitas internal, validitas eksternal, validitas statistik dan validitas ekologi. Walaupun demikian, hanya dua jenis validitas yang pertama, validitas internal dan validitas eksternal, yang sudah memperoleh perhatian yang memadai.
Validitas internal merujuk pada keandalan hasil yang memang sungguh menemukan yang ditetapkan untuk dicari. Validitas eksternal merujuk seberapa besar tingkat generalisasi sesuatu yang ditemukan baik lintas subjek, waktu atau situasi. Validitas statistik merujuk seberapa tinggi konsistensi analisisnya menggunakan kaidah-kaidah statistika. Sedangkan validitas ekologi merujuk seberapa tinggi kesesuaian temuan itu dalam situasi nyata, kedaan yang sebenarnya.
Dalam kegiatan penelitian, ada beberapa hal yang berkaitan dengan validitas ekologi perlu dipertimbangkan. Di antaranya adalah: metode, material, dan ’setting’ dari kegiatan itu harus diusahakan semirip mungkin dengan keadaan yang sesungguhnya. 
Ambil sebuah contoh penelitian percobaan rekaan sebagai ilustrasi. Seorang peneliti sedang mencoba pengintegrasian kegiatan remediasi dalam proses pembelajaran. Secara umum, kegiatan remediasi itu dilakukan setelah pembelajaran.  Di akhir pembelajaran siswa diberi tes formatif. Hasil tes ini digunakan untuk menetapkan siapa yang harus mengikuti remediasi dan siapa yang tidak. Selanjutnya, kegiatan remediasi dilaksanakan pada sekelompok siswa yang harus mengikuti program remediasi ini.
Tetapi, peneliti yang bersangkutan melihat sejumlah kekurangan dari cara itu. Misalnya, butuh waktu dan usaha tambahan, merepotkan kegiatan kelas secara keseluruhan karena guru harus melayani dua kelompok siswa, yang diremediasi dan yang tidak, secara bersamaan. Ia mencoba mengintegrasikan kegiatan remediasi dalam proses pembelajaran biasa.
Untuk menjamin validitas ekologi hasil penelitiannya, ia mempertimbangkan dengan seksama kesesuaian metode, material dan situasi dengan kedaan kelas yang sesungguhnya. Misalnya, tes hasil belajar digunakan soal-soal yang dibuat oleh guru di kelas itu. Material, kertas ulangan, juga digunakan seperti yang dihunakan sehari-hari di kelas itu. Demikian juga buku ajar yang digunakan. Sehingga, situasinya sungguh mirip dengan keadaan sehari-hari kelas itu. Yang membedakan dari kedaan sehari-hari kelas itu hanyalah penggabungan remediasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan cara seperti itu ada jaminan validitas ekologinya.
Namun, perlu dicatat bahwa usaha untuk memperkuat jaminan validitas ekologinya, sebuah penelitian dapat tergelincir pada kehendak untuk menyesuaikan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan agar sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Misalnya, karena ruang yang sempit para siswa dapat saling melihat pekerjaan kawannya. Sehinga, hasil ulangan menjadi kurang ’objektif’. Pembaca dapat menambahkan contoh-contoh yang lain.
Inilah jawaban untuk pengirin pesan singkat. Diharapkan diskusi ini dapat memacu untuk bergerak lebih dalam lagi. Semoga! (*)

No comments:

Post a Comment