Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Friday, January 6, 2012

Cermati Pertengahan Tahun

Oleh : Leo Herlambang


MASIH ingat dalam benak para investor di pasar modal, IHSG (indeks harga saham gabungan) Bursa Efek Indonesia sempat menyentuh angka tertinggi 4.193,441 pada 1 Agustus 2011. Saat itu, mayoritas investor meyakini bahwa pada akhir Desember 2011 IHSG akan mudah menembus 4.500 bahkan 5.000. Namun, sebagian di antara merekamun g kin lupa atau bahkan tidak tahu bahwa pergerakan IHSG BEI sangat bergantung pada 15 emiten yang menguasai 50 persen kapitalisasi pasar BEI.Lima belas emiten itu hanya sekitar 4 persen di antara sekitar 400-an emiten yang listed di BEI. Secara psikologis, mereka pun lupa ilmu investasi dua ’’TA’’: jual ketika or ang lain ’’TAmak’’ dan beli ketika or ang lain ’’TAkut’’. Mayoritas di antara mereka saat itu sedang ’’TAmak’’ dan terpengaruh media, milis, atau bahkan obrolan-obrolan yang memprediksi bahwa IHSG akan terus naik. Tidak terlalu salah memang. Sebab, angka prediksi pertumbuhan, adanya kenaikan rating Indonesia dan berbagai prediksi optimistis tentang Indonesia mengiringi keputusan investasi investor. Hanya, investor perlu mengingat sejarah pasar modal, kejadian yang selalu terulang, dan
membaca beberapa hal untuk melihat peluang serta ancaman pada 2012.
Pertama, sejak IHSG jatuh ke 1.200 akhir 2008; selama 2009 naik 86,98 persen; selama 2010 naik 46,13 persen; tapi selama 2011 hingga tulisan ini dibuat kenaikan IHSG sulit menembus 6 persen. Itu menunjukkan bahwa pertumbuhannya melambat. Biasanya,
ekonom menyampaikan, bila pertumbuhannya melambat, itu dapat dikategorikan
masuk resesi. Sebagai leading indicator, pasar modal tentu sudah memberikan arahan akan ke mana pasar modal ke depan.
Kedua, pertumbuhan indeks pasar modal di hampir mayoritas kawasan juga tidak memperlihatkan angka yang bagus, baik Asia, Amerika, apalagi Eropa. Pertumbuhan indeks harga saham di kawasan tersebut secara umum kalah oleh IHSG. Itu menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki magnet. Ketiga, kekuatan IHSG, bila ditelisik
lebih dalam, hanya didukung kapitalisasi 15–25 emiten yang menguasai 50–60 persen kapitalisasi pasar yang digunakan untuk menghitung IHSG. Keempat, portfolio investor asing maupun lokal, yang secara umum dapat dikategorikan short term investor
atau hot money-investor atau yang membencinya menyebut speculator, yang masuk di sektor finansial saham sangat mungkin hanya 15–25 emiten tersebut. Karena itu, kalau terjadi reversal, mereka keluar dari pasar, IHSG bisa jatuh secara cepat.
Kelima, fakta membuktikan, Negara-negara yang termasuk kaya, baik AS maupun Eropa, sedang sakit. Tidak banyak pertumbuhan yang bisa diharapkan dari pasar ekspor ke kawasan tersebut. Permintaan dari kawasan itu tentu tidak setinggi sebelumnya, kecuali
untuk produk-produk yang secara tradisional dibutuhkan mereka. Keenam, naiknya rating Indonesia sudah diprediksi sejak awal oleh investor asing. Karena itu, mereka biasanya
masuk lebih awal di pasar finansial. Indikatornya dapat dilihat sekitar enam bulan sebelum dirilis. Fakta tersebut terlihat pada naik atau kuatnya nilai rupiah, naiknya
cadangan devisa, serta naiknya IHSG.
Ketujuh, Eropa yang diprediksi sulit sembuh, mungkin juga AS, akan menimbulkan
aliran dana ke kawasan Asia. Ada indikasi masuknya dana-dana tersebut ke Asia.
Tapi, ke mana? Investor memiliki banyak pilihan. Dalam mata investor asing besar, Indonesia secara umum baru saja masuk radarnya karena rating-nya naik. Kalaupun ke Indonesia masih sangat minim, itu terjadi karena investasi finansial biasanya
masuk ke emiten atau perusahaan terbuka yang menerbitkan surat berharga
pasar modal. Sangat minim karena jumlah saham yang listed masih sedikit, sekitar 430 listed companies. Jauh berbeda dari Malaysia, Thailand, Singapura, Korea, apalagi Tiongkok.
Kedelapan, ibarat saham di pasar modal global, pasar modal Indonesia (mohon maaf) mungkin sebelum ini masih masuk kategori saham gorengan yang harganya dicerminkan IHSG bisa naik turun dengan cepat, bergantung bandarnya. Namun, kini pasar
modal Indonesia sudah naik peringkat, sedikit keluar dari status pasar modal gorengan. Faktanya, ketika hampir semua pasar tidak tumbuh, bahkan minus selama 2011, pasar modal Indonesia tetap tumbuh, meski turun dari titik tertingginya. Itu menunjukkan
bahwa pemilik modal global senang menempatkan dana di Indonesia karena
aman, meski keuntungannya tidak besar, bahkan tidak minus.
Kesembilan, diperkirakan lembaga pemeringkat lain akan memberikan kenaikan peringkat ke Indonesia sekitar pertengahan 2012. Hal itu akan menguatkan Indonesia, termasuk pasar finansial Indonesia. Hanya, pertanyaannya, mengapa lembaga pemeringkat tidak memberikan peringkat ke Indonesia dalam posisi rating naik secara
bersama? Seolah seperti diatur, ada yang menaikkan peringkat 2011 dan akan
ada yang menaikkan peringkat pada 2012. Tapi, bagaimanapun, hasil peringkat yang
bagus akan menaikkan dan mempertahankan status Indonesia dalam ketidakpastian global.
Kesepuluh, secara nonrasional (bahkan ada yang menganalisis rasional), ada yang memperkirakan 2012 adalah tahun yang amat bergairah bagi pasar modal. Tapi, ada pula yang memperkirakan berat bagi pasar modal global. Futuris rasional Roubini beberapa waktu lalu menyampaikan akan adanya double dip recession di AS. Bahkan, prediksinya lebih berani: ’’This might be the beginning of the end of the American empire’’.
Kalau itu terjadi, peta apa pun di dunia ini akan berubah ke depan, baik peta ekonomi, politik, sosial, budaya, termasuk hankam. Yang tidak rasional adalah film kiamat 2012. Apa pun, kalau semua pemikiran itu dipercaya dan dikait-kaitkan, seperti halnya balon
yang ditiup terus akan pecah, bukan tidak mungkin kiamat ekonomi akan terjadi. Tapi, kiamat itu mayoritas mungkin akan terjadi di negara-negara yang utangnya melebihi pendapatannya.
Bila prediksi-prediksi ekonomi Indonesia 2012 dikumpulkan, saya memperkirakan
sebagian besar prediksi pertumbuhan Indonesia berada pada angka 6–7 persen dan angka inflasi 5,5–6,5 persen. Berarti, masih ada pertumbuhan. Harapan utama pertumbuhan
adalah dari sisi konsumsi. Pengeluaran pemerintah diharapkan akan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan, khususnya di infrastruktur. Masih akan ada net export
yang cukup besar. Ada pun investasi diperkirakan semakin naik, baik yang direct investment maupun yang nondirect investment. Tentunya, hal tersebut akan menguatkan kurs dan cadangan devisa. Catatan lain, perkiraan kurs masih berkisar Rp 9.000 per USD. Subsidi BBM berkisar Rp 259 triliun. Namun, bila jumlah kendaraan dan konsumsi
BBM terus meningkat, bukan tidak mungkin pemerintah akan mengurangi subsidi dan tentunya menaikkan harga BBM. Kalau itu terjadi, kenaikan angka inflasi tidak mungkin dihindari.
Kalau angka inflasi naik, suku bunga juga bakal terkerek naik lagi. Dampaknya, sesuai teori, harga asset pasar modal akan turun, saham turun. Kalaupun terjadi, itu mungkin sekitar pertengahan 2012 dan mungkin bersamaan dengan akan munculnya kenaikan rating Indonesia dari lembaga pemeringkat lain, selain yang sudah menaikkan. Itulah yang akan mempertahankan pasar modal dari penurunan. Benar tidaknya, waktu
yang akan menjawab karena sekarang sering terjadi anomali.
Secara umum, secara sektoral, saham sektor konsumsi akan menjadi daya tarik terkuat, disambung saham sektor infrastruktur dan saham perbankan. Melihat kekritisan investor asing, saham dalam kelompok 25 emiten besar kapitalisasi pasar menjadi pilihan.
Dari sudut pandang underlying assets, debt equity ratio, dan kesyariahan, 30 emiten saham yang masuk kategori Jakarta Islamic Index bisa menjadi pilihan. Strategi investasi 2012, bisa jadi, adalah dengan melakukan investment screening dengan berbagai
pertimbangan tersebut.
Jadi, sebagai investor di pasar modal Indonesia, melihat dan membaca fakta, rumor, isu, serta prediksi yang ada, tentunya kita harus bijak dan meyakini bahwa investasi di Indonesia saat ini lebih aman dibanding pasar modal negara lain. Istilahnya manajemen
risiko, risiko investasi di Indonesia saat ini relatif lebih kecil. Kalaupun turun, investasi akan naik kembali. Kembali ke kiamat atau pandangan pesimistis yang ada, apakah Anda
percaya kiamat 2012? Jangan percaya. Sebab, prediksi kiamat oleh manusia sering meleset. Yang menentukan kiamat itu adalah Yang Mahakuasa. Manusia hanya bisa memperkirakan, Yang Mahakuasa yang menentukan.
Hasil teropongan pasar modal 2012 semoga tidak jauh meleset. Melihat faktor-faktor yang ada yang tercermin dari beratnya kenaikan IHSG saat ini, yang harus dilakukan investor adalah simpan dulu kas yang dimiliki dan memilih ’’time to buy’’ saat muncul
ke-’’TAkut’’-an di pasar yang mungkin mulai muncul sekitar pertengahan 2012. Selamat berinvestasi!


*) Penulis, Pengamat Pasar Modal FEB Unair

No comments:

Post a Comment