Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, January 15, 2012

Meributkan Masalah Kecil

Oleh: Aswandi

PAKAR perubahan mengajarkan satu kunci sukses memulai perubahan adalah memulai perubahan dari hal-hal kecil, bukan meributkannya. Kunci sukses lainnya adalah memulai perubahan dari diri sendiri dan memulainya dari sekarang atau jangan ditunda-tunda. Hal ini sejalan dengan Albert Einstein yang menyatakan, Idea and than action.

Beberapa tahun terakhir, bangsa ini disibukkan atau diramaikan oleh masalah-masalah kecil, seperti nenek dilaporkan ke pihak yang berwajib dan harus menjalani sebuah persidangan, didakwa telah  melakukan tindakan pencurian sebuah coklat milik seorang pengusaha kaya. Bukti lain, Sepasang suami istri lebih dari tiga hari tidak berteguran dan pisah ranjang hanya karena sang istri terlupa menyeterika celana dalam suaminya. Selanjutnya, seorang suami yang dikenal kaya atau banyak duitnya dan pimpinan sebuah instansi bidang keuangan sering menyiram sayur yang telah dimasak ke kepala atau ke wajah istrinya yang sedang menemaninya di meja makan hanya karena sayuran yang dimasak oleh istrinya tersebut sedikit terasa asin dan tidak sesuai dengan seleranya.

Kajadian lain, seorang ibu bertengkar dengan suaminya hanya karena rebutan menonton televise. Sang suami ingin mendengarkan warta berita, sementaara sang isteri mau menonton sinetron. Kasus lain, Seorang yang mengaku dirinya dan dikenal sebagai pakar pendidikan anak di negeri ini meributkan atau marah-marah hanya karena menemukan seekor anak kecoa ada di kamar hotelnya dan meminta kepada panitia yang mengundangnya datang ke sini untuk pindah hotel yang tidak ada kecoanya.  Kita sering mendengar seorang bawahan atau pengikut tidak disenangi oleh atasan atau pimpinannya hanya karena tidak pandai memujinya.  Terakhir seorang anak di bawah umur dilaporkan ke pihak berwajib dan dituntut lima tahun penjara hanya karena sepasang sandal jepit yang barangkali alas kaki tersebut sangat diinginkannya.
Banyak orang sukses dalam profesi apapun, ketika ia bekerja atau beraktivitas selalu ditandai oleh tidak meributkan masalah kecil, dan sebaliknya banyak orang gagal atau tidak berhasil mewujudkan keinginan atau cita-cita dan mimpinya karena mereka suka meributkan masalah kecil dalam kehidupannya. Mereka yang senang meributkan masalah kecil menandai bahwa mereka tidak memiliki wawasan luas atau mereka sesungguhnya tergolong orang berkarakter picik atau berjiwa kerdil dan egois.
Richard Carlson (1999) dalam bukunya Don’t Sweat the Small Stuff dan beberapa buku sejenis karyanya menegaskan agar pembaca jangan meributkan atau memusingkan diri pada masalah kecil menjadi masalah besar. Jika apa yang dilakukan oleh orang lain belum sempurna sebagaimana diinginkan, maka akan menjadi lebih baik jika kita mau berdamai dengan ketidaksempurnaan itu karena hakikatnya semua kita adalah manusia yang ingin dan sedang mengalami proses menuju kesempurnaan. Bersabarlah, jadikan ketidaksempurnaan orang lain di hadapan kita sebagai sebuah sekolah, madrasah, atau universitas kehidupan. Bila kita tidak meributkan masalah kecil, kita belajar menerima apa yang disediakan oleh kehidupan ini dengan hambatan yang sesedikit mungkin.  Yang sering terjadi, kelihatan sibuk, berusaha memecahkan masalah , tetapi kenyataannya, kita kerap kali memperbesar dan memperuncing masalah.
Kita risaukan masalah-masalah yang setelah kita amati dan jalani lebih jauh, ternyata bukanlah masalah besar, kita sering terpaku dan meributkan masalah-masalah kecil yang selalu kita besar-besarkan.
Judul opini di atas mengingatkan penulis pada seseorang, yakni Dahlan Iskan ketika beliau menghadapi penolakan karyawan  terhadap kehadirannya memimpin Perusahaan Listrik Negara (PLN). Spanduk, pamplet yang  bernada melecehkan kemampuan atau kapabilitas dan kredibilitasnya dalam memimpin perusahaan milik negara tersebut dihadapinya dengan sabar. Dia meminta agar kalimat yang tidak menyenangkan itu jangan dibuang, karena beliau senang sekali dengan kata dan kalimat penghinaan yang ditujukan kepadanya. Beliau berjanji akan menjawab semua keraguan terhadap kepemimpinannya dengan kinerja. Terbukti dibawah kepemimpinan beliau, dalam waktu yang tidak terlalu lama PLN menjadi sebuah perusahaan yang semakin dirasakan manfaat oleh masyarakat. Pertanyaan masyarakat terhadap PLN mengalami perubahan; dulu listrik tidak padam, orang menjadi heran dan bertanya-tanya; “Kenapa listrik malam/hari ini tidak padam ya?. Sekarang, jika sebentar saja listrik padam, orang bertanya “Kenapa listrik padam ya?.
Yery Vlorida dan Ariyanto (2011) dalam bukunya berjudul “Sisi Lain Ciputra” menuliskan pengalaman inspiratif bapak Ciputra di saat beliau mau bertemu Dahlan Iskan. Singkat cerita, Suatu ketika Ciputra menelepon Dahlan Iskan untuk bertemu  di Hotel Grand Hyatt yang ketika itu Ciputra berada di Kota Pahlawan meninjau salah satu proyek miliknya. Melalui telepon mereka berdua sepakat untuk meeting dan makan malam di hotel tersebut. Janji yang telah disepakati itu ditepati oleh Dahlan Iskan, tetapi sosok yang ditunggu-tunggu Ciputra tak kunjung-kunjung tiba. Setengah jam beliau saling bertelepon, Dahlan Iskan belum juga datang. Tetapi bapak Dahlan Iskan menjawab sudah berada di Hotel Grand Hyatt membuat bapak Ciputra bertambah bingung seraya berkata “Saya (Ciputra) juga sudah berada di Hotel Grand Hyatt Surabaya”. Setelah janjian, Bapak Dahlan Iskan segera berangkat dari Surabaya menuju Hotel Grand Hyatt Jakarta. Hal yang membuat Ciputra merasa kagum kepada Dahlan Iskan karena tidak menyalahkan dirinya yang jelas-jelas salah, dan atas kesalahan yang dilakukannya itu bapak Dahlan Iskan sebagai seorang pengusaha pasti mengalami banyak kerugian. Dengan tenang di saat saya (Ciputra) merasa sangat bersalah, bapak Dahlan Iskan justru menjawab “Bikin Janjian lain waktu lagi”. Dari pengalaman tersebut menunjukkan bahwa bapak Dahlan Iskan adalah sosok yang tidak suka menyalahkan orang lain, dan tidak senang meributkan masalah kecil. 
Dari pengalaman bertemu, mendengar langsung wejangan Dahlan Iskan dan mendengar cerita dari orang-orang yang dekat dengannya, setidaknya penulis menemukan terdapat tiga karakter penting yang mengantarkan keberhasilan dan kesuksesan seseorang seperti Dahlan Iskan dan Ciputra, yakni; (1) beliau berpikir besar dan global, dan pikiran besarnya selalu diusahakan untuk diimplementasikannya dalam kehidupan nyata, dan (2) tidak senang meributkan masalah kecil, beliau tidak mau disibukkan dan menguras tenaga dan pikiran untuk masalah-masalah kecil karena masalah besar ada dihadapan setiap orang yang ingin maju dan sukses; dan (3) beliau berkarakter “Tidak Mentang-Mentang” atau berperilaku  “Tidak Merasa Diri Hebat atau Penting”. Sekalipun dalam posisi yang lebih tinggi dan benar beliau selalu menghadapinya dengan tenang penuh kesabaran. Seorang teman bercerita pada penulis, “Barangkali beliau (Dahlan Iskan) baru membela diri, jika beliau berhapan dengan tim hakim di sebuah pengadilan, karena di sana ada dua pilihan antara benar dibebaskan atau salah dipenjarakan atau dihukum (Penulis, Dosen FKIP Untan).**

No comments:

Post a Comment