Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, January 17, 2012

Merindukan Peran Aktif Pemuda Tahun 2012

Oleh : Andika Pasti

Tahun 2011 yang lalu, banyak kaum muda yang telah mencurahkan segala pikiran dan tenaga untuk mewujudkan persatuan. Mereka juga berupaya untuk mengenyampingkan perbedaan suku, warna kulit, dan agama, serta rajin menggelar pertemuan-pertemuan. Nah, bagaimana dengan peran pemuda di tahun 2012 ini? Yang utama, menurut hemat penulis adalah menjaga dan mengisi persatuan dan kesatuan bangsa yang telah terwujud ini. Bahwa keberagaman etnis, agama, sebenarnya sebuah mozaik yang indah, kaya warna, penuh keberagaman dan perbedaan. Sehingga penting bagi kaum muda di tahun 2012 untuk selalu  hidup berdampingan secara damai, rukun, harmonis dalam etnis, menghindari jebakan politik etnis, serta saling menghargai perbedaan yang ada.
Persatuan bangsa akan terwujud manakala ada kedamaian, kerukunan dan keharmonisan antar etnis dan agama. Dan ini tentu tidak muncul begitu saja, melainkan melalui perjuangan panjang serta adanya usaha untuk selalu merawatnya.  Para pemuda di tahun 2012 mestinya memperjuangkan dan merawat persatuan itu. Mencari, menulis, mempraktekkan serta menyebarkan ajaran-ajaran perdamaian adalah salah satunya. Ajaran perdamaian dianggap sebagai salah satu upaya untuk merajut kembali perdamaian yang pernah hilang. Ajaran-ajaran perdamaian itu menjadi sangat penting, terutama terhadap generasi penerus agar di tahun 2012 ini ketika terjadi persoalan selalu diselesaikan dengan cara damai. Kalau ada damai, maka akan ada persatuan.
Banyak pula yang merindukan agar pemuda di tahun 2012 ini lebih peduli dengan kondisi kebudayaan masyarakat di pedalaman. Salah satunya adalah perladangan yang merupakan sumber kebudayaan masyarakat pedalaman. Karena di tahun-tahun sebelumnya, kalau berladang berpindah yang menjadi tradisi masyarakat pedalaman malah disebut sebagai cara bercocok tanam yang primitif serta penyumbang asap setiap tahunnya.
Dalam hal ini, di tahun 2012 mestinya kaum muda meluruskan pandangan yang bengkok tersebut. Proses meluruskan bisa dimulai dengan melakukan penelitian kemudian menulisnya serta mempublikasikan kalau berladang bukan sekedar untuk hidup (pemenuhan aspek ekonomi). Di tahun 2012 kaum muda harus berani menyatakan, kalau ladang turut membentuk peradaban orang pedalaman karena dari membuka lahan hingga akhir panen ada aturan adatnya masing-masing yang membentuk kebudayaan. 
Kalangan pemuda di tahun 2012 harusnya mulai kembali pada akar budayanya, lebih membanggakan budaya sendiri, serta tidak terlalu mengagungkan gemerlap modernisasi yang justru telah mengaburkan identitas budaya mereka sendiri. Kaum muda di tahun 2012 ini harusnya mulai ikut terlibat aktif dalam upacara/ritual-ritual adat dan budaya (kalau masih ada), mendatangi lokasi tempat pelaksanaan ritual, mengumpulkan segala bahan keperluan ritual serta menyukseskan pantanganagar kampung halaman terhindar dari hal yang tidak diinginkan.
Para pemuda ditahun 2012 juga harusnya rajin bertanya kepada yang tua, mendokumentasikan secara tertulis tentang kebudayaan, sehingga kedepannya akan menjadi sangat penting untuk membangun ingatan. Barangkali, dengan cara-cara ini, keberadaan kebudayaan sebagai identitas akan menjadi panutan dan terus lestari sepanjang zaman.
Dalam bidang pertanian, kondisi kekinian masyarakat (juga pemerintah) telah terjebak dengan lebih mengedepankan tanaman/buah impor. Kata-kata “bangkok” dan “unggul” pun selalu dikumandangkan. Untuk itu, kaum muda terpelajar (mahasiswa jurusan Pertanian misalnya) di tahun 2012 mestinya melakukan penelitian tentang pengembangan tanaman versi orang kampung yang ramah lingkungan namun berkategori unggul. Kalau penelitian ini kemudian bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bisa jadi, orang kampung dan pemerintah akan kembali pada produk-produk lokal buatannya sendiri atau tidak lagi bangga dengan produk-produk impor.
Pada masalah lingkungan, kaum muda harusnya tahu bahwa meski berada nun jauh di pedalaman, peran masyarakat dalam mempertahankan keberadaan hutan dan memanfaatkannya secara arif sebenarnya sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Salah satunya dikenal dengan istilah Kampung Buah. Kampung buah ini memiliki peranan penting untuk menjaga fungsi hutan sebagai penyerap karbon, serta menjadi andalan masyarakat dalam mempertahankan wilayah adatnya dari serbuan para pemilik modal.
Kaum muda di tahun 2012 ini harusnya mempelajari ini, karena keberadaan pekampungan buah penuh dengan nilai-nilai sosial dan semangat kebersamaan, serta disayangi oleh ahli warisnya. Sehingga ketika ada anggota ahli waris yang ingin menjual lokasi kampong buah tersebut, harus melalui diskusi keluarga. Semuanya harus serba dikompromikan bersama ahli waris lainnya.
Saatnya, di tahun 2012 kaum muda mengusulkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan dan penghormatan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, termasuklah kampung buah. Dan yang tak kalah penting adalah niat baik kaum muda untuk ikut merawat dan menjaga kampung buah itu.
Tak menutup mata, kalau kebijakan yang dibuat pemerintah yang sangat pro kapitalis berdampak pada derasnya arus investasi ke wilayah-wilayah tanah adat. Akibatnya, beragam persoalan pun kini dialami oleh Masyarakat Adat, diantaranya pengrusakan hutan, masyarakat adat kehilangan sumber mata pencaharian, tanah, identitas budaya dan marginalisasi, yang berujung pada terjadinya pelanggaran hak asasi Masyarakat Adat. Kasus Mesuji dan Bima mestinya menjadi cambuk bagi kaum muda untuk melihat peluang dalam rangka penyelesaian-penyelesaian serta mengurangi konflik terkait investasi di komunitas Masyarakat Adat itu. Dan salah satunya, menurut penulis, adalah menjadikan kaum muda di tahun 2012 sebagai paralegal demi pemulihan hak hidup. Paralegal menjadi penting karena memberdayakan Masyarakat Adat dengan hukum. Kalau Masyarakat Adat sadar hukum, harapannya, posisi mereka di negeri ini tidak lagi menjadi rentan.
Penulis berkeyakinan, kalau peran pemuda dalam kerja-kerja advokasi di tahun 2012 lebih efektif dan kreatif dalam melakukan kampanye, negosiasi, mediasi dan advokasi litigasi tentang pemulihan hak hidup, menyampaikan laporan tertulis, maka berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia akan semakin berkurang.Pemuda ditahun 2012 mestinya juga berperan menjadi jembatan bagi masyarakat pencari keadilan.  Pemuda yang memiliki keterampilan dalam mendokumentasikan dan mengadvokasi hak hidup Masyarakat Adat, maka akan berdampak pada pemahaman dan kompeten mereka dalam teknik, strategi atau metode advokasi. Dan bagi pemuda yang memiliki ketrampilan dalam mengorganisir basis itu, maka akan membangun sebuah gerakan pro Hidup Masyarakat Adat.
Dalam ranah kehidupan sosial, para pemuda di tahun 2012 mestinya mulai menata seluruh kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok sosial dan religius yang bersifat khas yang terus dipertahankan, dikembangkan serta diperjuangkan sebagai sumber semangat hidup. Keberadaan aturan dan norma yang diterapkan oleh kaum muda misalnya, berpengaruh besar dalam interaksi sosial yang terjadi, termasuk dalam hal penataan pergaulan mereka sehari-hari di tengah masyarakat serta  penjagaan sekaligus pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Kerinduan akan peran kaum muda pada tahun 2012 dalam menyuarakan suara-suara publik juga menjadi sangat penting, meski itu selalu dihambat oleh kekerasan dan ancaman kekerasan. Pada upaya pencegahan konflik, kaum muda mestinya ikut terlibat dalam membangun kesepakatan bersama yang didasari atas semangat keterbukaan.  Dan penulis yakin, masih banyak lagi peran-peran positif lainnya sebagai upaya pemenuhan harapan dan mengobati kerinduan di tahun 2012 yang bisa dilakukan oleh kalangan pemuda. Marilah kaum muda, kita sama-sama mencobanya di tahun baru 2012 ini.Selamat Tahun Baru 2012. **
* Penulis, pecinta Budaya, tinggal di Kota Pontianak.


No comments:

Post a Comment