Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sunday, January 29, 2012

Merisaukan Langit dan Bumi

Oleh: Bratayana

ADALAH seorang naif yang kuatir bahwa pada suatu hari nanti langit akan runtuh dan dia tidak tahu dimana akan bersembunyi. Hal ini sangat mengganggu pikirannya sehingga tidur tak nyenyak, makanpun tidak nikmat. Mendengar kerisauan si naïf tadi, sang bijak mencoba menolong dan menjelaskan; bahwa sesungguhnya langit itu merupakan kumpulan udara (gas)yang di manapun kita berada atau bernafas, kita hidup tepat di dalam langit, mengapa engkau harus merisaukan langit akan jatuh menimpamu?

Namun si naïf masih belum bisa tenang; bagaimana pulau kalau bumi ini hancur? Tanyanya. Bumi juga terbentuk dari kumpulan zat padat. Yang di manapun kita berjalan atau menampakkan bumi, kita bergerak tepat di atas bumi. Mengapa engkau harus merisaukan bahwa bumi akan hancur?  Menanggapi perbincangan si naïf dengan sang bijak tadi, kaum sufi berkomentar; pelangi dan kabut tidaklah termasuk dari kumpulan udara (gas)/gunung dan tebing-karang bukankah juga terbentuk dari kumpulan zat padat? Maka bagaimana kita dapat mengatakan bahwa hal-hal tersebut tidak dapat rusak?
Hal yang sangat besar atau sangat kecil tidak dapat diketahui dengan sepenuhnya- hal seperti itu dianggap sebagai hal yang sudah biasa. Mereka yang merisaukan akan runtuhnya lamgit, hancurnya bumi berpikir terlalu jauh, tetapi mereka yang mengatakan bahwa semesta alam tidak dapat hancur, juga salah.
Terlepas dari pendapat yang ada, hal yang sebenarnya paling tepat adalah banyak fenomena alam berada di luar pengetahuan kita. Mengapa pertanyaan mengenai dapat tidaknya alam semesta ini hancur, merisaukan kita?
Sekarang dibicarakan tentang langit
Dari satu sudut saja hanya berwujud sesuatu yang guram suram,
Tetapi sesungguhnya tiada batasnya-matahari, bulan, bintang-bintang dan cakralawa
Bertebaran di dalamnya, berlaksana benda diliputinya.
Sekarang dibicarakan tentang bumi
Dari satu sudut saja tidak lebih dari segenggam tanah,tetapi sesungguhnya luas dan tebal,
Gunung Hua dan Gak dapat didukungnya dengan tidak merasa berat;
Sungai dan laut dapat ditampung dengan tanpa tercecer dan segenap benda didukungnya.
(Tiong Yong XXV:8)
Ajaran agama Konghucu menyadarkan kita lewat ayat suci dan contoh cerita fenomena di atas, bahwa pikiran kita ini sering mengoceh sendiri dan muncullah pertanyaan absurd seperti seringkali juga kita alami dalam pergaulan sehari-hari.
Orang beriman, kuncu, yang disebut dalam agama Konghucu senantiasa meneliti hakekat tiap perkara, agar diluaskan pengetahuannya demi membina dirinya. Justru harus memandang semesta alam ini benar-benar patut disyukuri, sebagai habitat hidup kita, untuk mampu hidup mantap dan beriman, tidak mudah terpengaruh pikiran sendiri atau orang lain sampai lupa bersyukur kepadaNya.
Nabi Kongcu bersabda:
Adapun sebabnya jalan suci itu tidak terlaksana, Aku sudah mengetahui,Yang pandai melampaui, sedang yang bodoh tidak dapat mencapai,
Adapun sebabnya Jalan suci itu tidak dapat disadari sejelas-jelasnya, Aku sudah mengetahuinya.
Yang Bijaksana melampaui, sedang yang tidak ulet tidak dapat mencapai
(Tiong Yong III; 1)
Sabda mulia di atas membuat kita SADAR untuk bersikap Tepat sesuai yang sewajarnya, yang seharusnya dan selayaknya dilakukan, yang didalam Jalan Suci. Sepandai apaun diri kita, namun belum mampu meletakkan pikiran secara tepat. Sulit untuk dikatakan tidak melampaui yang seharusnya, bahkan kita akan mudah terpeleset pada yang tidak wajar.
Maka hidup adalah penuh kesempatan untuk belajar, belajar dan melatih diri, supaya tak mudah terjebak kerancuan berpikir, sebab masih banyak hal yang berharga untuk dipikirkan. (*)

No comments:

Post a Comment